Pagi,
Perubahan budaya, penetrasi racun ideologi hendon + freeseks.
Tahun ajaran baru, orang tua pontang panting cari sekolah baru bagi yang naik tingkat
ada yang bersyukur anaknya masuk ke sekolah favorit
tanpa kendala
Ada juga yang bersyukur dengan menyogok untuk anaknya masuk ke sekolah favorit
berhasil
Ada yang kecewa karena anaknya tidak bisa masuk sekolah favorit, padahal NEM anaknya sudah melampaui dari std NEM penerimaan.
Ada yang kecewa karena mahalnya pendidikan di negri tercinta ini ,,,
sampai di usir karena tidak bisa membayar uang daftar ulang / buku2 baru bisnis dari pihak sekolah ,,,
Di lain hal, bagi murid / sang anak > mengganggap sekolah yang berjalan seperti bebaN Yang berat bagi dirinya yang Malas,
Maka tidak jarang di temui, di jam sekolah anak2 tanggung dengan segala fasilitas dari orang tuanya
dari motor, mobil, atau tas buku yang masih di bawa.
keluyuran dengan teman2 genk-nya atau "pacar" pujaannya di taman2 umum di sekitar kita
Tambah Rokok yang menggambir di mulut MUda yg cuma masih bisa meminta-minta uang kepada Orang tuanya ....
Sementara orang tua, sibuk dengan bekerja untuk menafkahi keluarga, tagihan bulanan, SPP sekolah, dan uang sangu anak2nya ...............
Tanpa Kemaluan.,.you can do anything .tapi di jamin bukan anything spesial or positif;>
Ini penyakit yang terus berkembang, sedikit atau tidak ada Obat yang di tawarkan apalagi di berikan,
Lama-lama penyakit ini menjadi endemi, yang sehat pun pasti akan terkena dampaknya Cepat / lambat ,,,
Ahhh itu kan anak2 orang ,,,,,Tetapi itu juga lingkunan dimana kita & juga anak2 kita nantinya akan berbaur dan mungkin bisa Larut dengan sukses ,,,,,
???
CAZ 2010
Berapa banyak orang yang malah menderita setelah mendapat pekerjaan, berapa banyak orang yang malah ingin berhenti bekerja.
Dan banyak lagi orang yang tidak puas dengan hidupnya karena pekerjaannya. Yang dimaksud bekerja disini adalah bekerja pada orang lain, bekerja hanya sekedar untuk mencari upah. Mengapa itu seharusnya tidak kita lakukan, berikut beberapa alasannya:
Pendapatan Terbatas
Mendapat pekerjaan, menjual waktu dan tenaga dan menukarnya dengan uang, sepertinya ide yang bagus. Cuma ada satu masalahnya, itu hal yang bodoh, itu cara yang terbodoh untuk mencari uang. Mengapa disebut bodoh ? karena kita hanya akan dibayar jika kita bekerja.
Benar kan !! atau kita memang sudah diprogram untuk berpikir seperti itu.
Pernahkah kita mempertimbangkan bahwa akan lebih baik jika kita tetap bisa mendapatkan uang sekalipun kita tidak bekerja ? siapa yang mengatakan bahwa kita hanya akan mendapat uang jika kita bekerja ? pegawai !!
Bukankah akan lebih baik jika uang tetap mengalir sekalipun kita sedang makan, tidur, atau bermain dengan anak ? mengapa kita hanya ingin dibayar 8 jam sehari, jika kita bisa mendapatkan bayaran selama 24 jam.
Dibayar sekalipun bekerja atau tidak, tidakkah kita mempunyai rencana untuk melakukannya ? tidak inginkah kita bisa tetap menghasilkan uang sekalipun kita tidak lagi bisa bekerja ?
Siapa yang perduli dengan berapa banyak waktu yang kita habiskan untuk bekerja dalam sehari ? mungkin hanya segelintir orang. Sebagian besar orang tidak peduli dan tidak mau ambil pusing dengan berapa banyak waktu yang habiskan untuk bekerja, entah itu 6 jam seminggu atau 60 jam seminggu. Orang hanya peduli dengan hal-hal berharga yang bisa kita berikan untuknya.
Orang tidak peduli dengan berapa banyak waktu yang kita habiskan untuk mengerjakannya, mereka hanya peduli jika sesuatu itu berharga baginya. Apa kamu peduli berapa waktu yang kuhabiskan untuk menulis artikel ini ? misalnya kamu harus membayar dengan harga tertentu untuk bisa membaca artikel ini, dan aku membuat artikel ini dalam waktu 1 jam. Apa kamu mau membayar dua kali lipat jika aku mengerjakannya selama 2 jam ?
Orang yang pintar akan membangun sistem yang bisa menghasilkan income selama 24 jam, terutama passive income. Dalam hal ini contohnya adalah: membuat website atau blog, investasi atau menanam modal, membuat karya-karya kreatif yang menghasilkan royalti. Sistem seperti ini akan memberikan hal-hal yang berharga bagi orang lain, dan mengalirkan uang pada pembuatnya.
Contohnya penulis buku, pencipta lagu, pembuat film dan lain-lain. Berapa uang yang mereka hasilkan dari karya-karya yang mereka buat, tentu saja untuk membuatnya mereka harus bekerja. Tapi hanya beberapa waktu saja, setelah itu ? mereka tinggal menikmati hasilnya dari waktu ke waktu. Kan lebih enak jika kita bisa jalan-jalan, liburan, tapi tetap menghasilkan uang.
Jika kita lebih memilih mencari pekerjaan dan mendapat bayaran, tak masalah, itu pilihan kita sendiri. Atau kita lebih memilih hidup santai dari membuat sistem yang bisa menghasilkan sesuatu yang berharga bagi orang lain, dan memberikan penghasilan bagi kita sekalipun kita bekerja ataupun tidak. Mungkin saat ini kita belum tahu cara melakukannya, namun banyak sumber yang bisa kita jadikan bahan untuk mempelajari cara melakukannya.
Tidak ada orang yang terlahir dengan semua pengetahuan tentang bisniss, investasi dan cara menjalankannya. Mereka juga belajar dan mempelajarinya. Dan itu berarti kita juga bisa mempelajarinya, berapa lama waktu yang dibutuhkan ? itu bukan masalah. Karena waktu akan tetap berjalan, sekalipun kita hanya diam dan puas menjadi budak, atau berusaha menjadi tuan.
Pengalaman Terbatas
Kita biasanya berpikir, aku mencari kerja untuk mencari pengalaman. Ini sama halnya dengan jika kita berkata: aku main sepakbola, karena ingin mencari pengalaman bermain sepakbola. Kita mendapat pengalaman karena kita hidup, entah kita berkerja atau tidak.
Pekerjaan hanya memberi kita pengalaman tentang pekerjaan tersebut, padahal sebenarnya kita mendapat pengalaman dari semua yang kita lakukan.
Masalah yang kita hadapi dalam mencari pengalaman melalui pekerjaan adalah: kita hanya melakukan hal yang sama berulang-ulang. Kita hanya mendapat banyak pengalaman pada saat pertama bekerja, dan selanjutnya tidak banyak lagi yang bisa kita pelajari.
Hal ini memaksa kita untuk melewatkan berbagai kesempatan berharga lainnya. Dan pengalaman terbatas yang kita dapatkan dari pekerjaan itu semakin lama akan semakin usang, coba kita tanyakan pada diri sendiri pengalaman apa yang kita dapatkan dari pekerjaan sekarang akan tetap berharga 10 - 20 tahun lagi.
Beresiko Tinggi
Banyak yang berpendapat, bahwa mencari pekerjaan dan bekerja pada orang lain adalah cara paling aman untuk mendapatkan uang, benarkah ? coba kita pikirkan. Dengan bekerja pada orang lain, berarti menempatkan diri kita pada posisi dimana orang lain yang menentukan sampai kapan kita bisa terus mendapatkan penghasilan. Dan orang lain bisa dengan mudah menutup jalan kita untuk mendapatkan penghasilan hanya dengan mengucapkan kata "Kau di pecat !!".
Amankah itu ? apakah hanya mempunyai 1 jalan untuk mendapat penghasilan, lebih aman dari pada mempunyai 10 jalan untuk menghasilkan uang ? Ternyata ide mencari pekerjaan cara paling aman untuk mendapat penghasilan adalah konyol. Kita tidak bisa disebut aman, jika kita tidak mempunyai kekuasaan untuk mengontrol. Dan dengan bekerja pada orang lain berarti kita membiarkan diri kita di kendalikan oleh orang lain.
Mengemis untuk uang
JIka kita bekerja pada orang lain, maka pada saat kita ingin mendapatkan kenaikkan gaji, seringkali kita harus menghiba-hiba, meratap, bahkan mengemis. Bagaimana rasanya jika harus terus melakukan itu setiap kita menginginkan upah yang lebih baik ?
Bukankah akan lebih baik jika kita bisa menentukan sendiri berapa pendapatan yang kita inginkan, tanpa harus meminta izin pada siapapun. Jika kita punya bisnis sendiri dan ketika seorang pelanggan berkata "tidak" saat kita menawarkan sesuatu, kita cukup berkata "baiklah... aku akan mencari orang lain yang mau".
Pergaulan Terbatas
Kebanyakan orang hanya bergaul dengan orang-orang dalam lingkungan pekerjaannya saja, berkumpul dan bertemu hanya pada ruang lingkup yang terbatas. Bergaul hanya dengan orang-orang yang mempunyai profesi dan pekerjaan yang sama, hal ini sering disebabkan waktu, pengetahuan, dan penghasilan yang terbatas, hingga kit tidak mempunyai kesempatan untuk melihat sisi atau belahan dunia lain.
Bukankah akan lebih menyenangkan jika kita bisa memutuskan sendiri, dimana dan dengan siapa kita ingin bertemu.
Hilang Kebebasan
Butuh usaha yang besar untuk menjinakkan seorang manusia dan menjadikannya sebagai seorang pegawai. Yang pertama harus dilakukan adalah menjinakkan keinginannya untuk bebas. Caranya: dengan memberikan berbagai syarat dan aturan yang harus dipatuhi dan disetujui. Ini akan membuat seorang pegawai menjadi lebih patuh dan tunduk.
Serta hukuman atau compensasi akan membuat mereka menjadi takut untuk melanggarnya.
Cara ini juga akan membuat pagawai berpikir bahwa mereka akan lebih aman jika mereka mengikuti dan menyetujui saja syarat yang diberikan tanpa harus banyak bertanya.
Dan salah satu bagian dari cara untuk membuat pegawai menjadi patuh adalah dengan cara melatihnya, melatih cara mereka berpakaian, berbicara, bergerak dan seterusnya.
Orang yang bebas akan berpikir bahwa satu-satunya aturan yang diperlukan yaitu: "menjadi pintar, menjadi baik, lakukan yang terbaik, dan lakukan yang kau suka".
Jadi Pengecut
Dengan hilangnya keinginan untuk hidup bebas, cepat atau lambat kita akan kehilangan keberanian.Kita tidak lagi berani berkata dan berbuat yang menurut kita benar. Kita hanya ingin patuh dan mengikuti aturan yang sudah dibuat.
Hanya masalah waktu sampai kitapun akan mengorbankan kejujuran, integritas, martabat, dan akhirnya keinginan untuk mendiri. Kita menjual kemanusiaan kita hanya untuk sebuah ilusi, dan ketakutan terbesar kita adalah mencari tahu akan jadi apa kita sebenarnya.
Inilah beberapa alasan mengapa seharusnya kita tidak mencari pekerjaan, bagaimana menurut kamu ? mungkin sebagian besar kita akan menyangkal semua ini. Apalagi jika kita sudah merasa nyaman dan aman dengan pekerjaan yang sekarang dijalani.
Tapi coba kita pertimbangkan, jika memang semua alasan diatas tidak benar, maka tidak ada alasan bagi kita untuk menjadi emosi atau bereaksi.
Alasan-alasan diatas hanyalah sebagai pengingat hal-hal yang sudah kita ketahui, kita bisa menyangkal penjara yang selama ini mengukung kebebasan yang kita miliki. Jika hal-hal diatas membuat kita gerah, itu berarti pertanda bagus. Rasa itu akan mendorong kita untuk mencari kebenaran, dan berbuat sesuatu untuk memperbaikinya.
Lalu apa alternatif yang kita miliki ? alternatinya: pekerjaan yang kita butuhkan adalah pekerjaan yang bisa membuat kita bahagia, dan hidup sesuai dengan yang kita kehendaki tapi tetap bisa memberikan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan. Bukan hidup dengan aturan yang dibuat oleh orang lain, dengan cara orang lain.
Yang harus kita sadari bahwa kita mencari uang dengan cara memberikan sesuatu yang bernilai dan bukan dengan menjual waktu. Jadi kita harus mencari cara agar bisa menghasilkan sesuatu yang bisa berharga untuk dijual pada orang lain. Salah satu cara yang paling sederhana adalah dengan membuat atau memulai bisniss sendiri.
Apapun pekerjaan kita sekarang, carilah cara untuk bisa menghasilkan hal yang bernilai, dan menjualnya langsung pada orang yang memerlukannya. Memang diperlukan waktu untuk melakukan itu, tapi semua energi dan waktu yang kita investasikan untuk melakukannya, akan memberikan kita kebebasan yang memang seharusnya menjadi milik kita sendiri.
Dan tentu saja semua hal yang pernah kita pelajari dalam upaya melakukannya, bisa kita bagi pada orang lain. Semua pengalaman dan pengetahuan tersebut juga merupakan hal yang bernilai bagi orang lain, dan hal ini bisa kita jadikan sarana untuk menambah penghasilan. Jadi.. cari dan mulailah bisnis mu sendiri !
dari Yaro S.
Dong,
Di tengah perputaran berita dan wacana, baik baru atau sekedar 'menutup kasus2' pemimpin negeri negeri Indonesia tercinta(bagi pengusa&investor/bukan rakyat banyak) ini, ada satu topik yg menggelitik.
Lokalisasi JUDI, Wow banyak yang kontra dan sedikit yang setuju.
Kalo saya si : "Aneh ya sudah ada lokalisasi pelacuran kenapa lokalisasi judi saja tidak BOLEH??? bukannya dosa lebih besar di pelacuraN"
Ada apa dengan bangsa ini? bukannya menggelontorkan ide2 visioner yang membangun, malah ide2 sampah basi yang terus di promosikan!
Judi itu = Candu, sama halnya dengan zina, rokok, dan psikotropika
tanpa sadar jika sudah terlibat, berbuat tanpa pikir panjang (salah benar salah ga ya?)
Judi itu = Malas, weh ada loh pejabat yang judi, masa ada pejabat yang malas ? emang bisa orang malas jadi Pejabats?!
Atau memang kita yang memilih mereka dengan suka rela, karena memang mewakili sanubari kita sebagai bangsa ???
Ding!!