Catatan Akhir Zaman

Sebagai renungan diri, Pencarian solusi , sambil menunggu mati ....O_n

CAZ 2010

Bagaimana kesan anda menjadi manusia Akhir Zaman ? Ber-Aksi reaksi dengan KeAjaiban sehari-hari ...

SAYA ANTI DEMOKRASI

oleh : Emha Ainun Nadjib

Kalau ada bentrok antara Ustadz dengan Pastur, pihak Depag, Polsek, dan
Danramil harus menyalahkan Ustadz, sebab kalau tidak itu namanya diktator
mayoritas. Mentang-mentang Ummat Islam mayoritas, asalkan yang mayoritas
bukan yang selain Islam - harus mengalah dan wajib kalah. Kalau mayoritas
kalah, itu memang sudah seharusnya, asalkan mayoritasnya Islam dan
minoritasnya Kristen. Tapi kalau mayoritasnya Kristen dan minoritasnya
Islam, Islam yang harus kalah. Baru wajar namanya.

Kalau Khadhafi kurang ajar, yang salah adalah Islam. Kalau Palestina banyak
teroris, yang salah adalah Islam. Kalau Saddam Hussein nranyak, yang salah
adalah Islam. Tapi kalau Belanda menjajah Indonesia 350 tahun, yang salah
bukan Kristen. Kalau amerika Serikat jumawa dan adigang adigung adiguna
kepada rakyat Irak, yang salah bukan Kristen. Bahkan sesudah ribuan bom
dihujankan di seantero Bagdad, Amerika Serikatlah pemegang sertifikat
kebenaran, sementara yang salah pasti adalah Islam.

"Agama" yang paling benar adalah demokrasi. Anti demokrasi sama dengan setan
dan iblis. Cara mengukur siapa dan bagaiman yang pro dan yang kontra
demokrasi, ditentukan pasti bukan oleh orang Islam. Golongan Islam mendapat
jatah menjadi pihak yang diplonco dan dites terus menerus oleh subyektivisme
kaum non-Islam.

Kaum Muslimin diwajibkan menjadi penganut demokrasi agar diakui oleh
peradaban dunia. Dan untuk mempelajari demokrasi, mereka dilarang membaca
kelakuan kecurangan informasi jaringan media massa Barat atas kesunyatan
Islam.

Orang-orang non-Muslim, terutama kaum Kristiani dunia, mendapatkan previlese
dari Tuhan untuk mempelajari Islam tidak dengan membaca Al-Quran dan
menghayati Sunnah Rasulullah Muhammad SAW, melainkan dengan menilai dari
sudut pandang mereka.

Maka kalau penghuni peradaban global dunia bersikap anti-Islam tanpa melalui
apresiasi terhadap Qur'an, saya juga akan siap menyatakan diri sebagai
anti-demokrasi karena saya jembek dan muak terhadap kelakuan Amerika Serikat
di berbagai belahan dunia. Dan dari sudut itulah demokrasi saya nilai,
sebagaimana dari sudut yang semacam juga menilai Islam.

Di Yogya teman-teman musik Kiai Kanjeng membuat nomer-nomer musik, yang
karena bersentuhan dengan syair-syair saya, maka merekapun memasuki wilayah
musikal Ummi Kaltsum, penyanyi legendaris Mesir. Musik Kiai Kanjeng
mengandung unsur Arab, campur Jawa, jazz Negro dan entah apa lagi. Seorang
teman menyapa: "Banyak nuansa Arabnya ya? Mbok lain kali bikin yang etnis
'gitu..."

Lho kok Arab bukan etnis?

Bukan. Nada-nada arab bukan etnis, melainkan nada Islam. Nada Arab tak
diakui sebagai warga etno-musik, karena ia indikatif Islam. Sama-sama kolak,
sama-sama sambal, sama-sama lalap, tapi kalau ia Islam-menjadi bukan kolak,
bukan sambal, dan bukan lalap.

Kalau Sam Bimbo menyanyikan lagu puji-puji atas Rasul dengan mengambil nada
Espanyola, itu primordial namanya. Kalau Gipsy King mentransfer kasidah
"Yarim Wadi-sakib...", itu universal namanya. Bahasa jelasnya begini: apa
saja, kalau menonjol Islamnya, pasti primordial, tidak universal, bodoh,
ketinggalan jaman, tidak memenuhi kualitas estetik dan tidak bisa masuk
jamaah peradaban dunia.

Itulah matahari baru yang kini masih semburat. Tetapi kegelapan yang
ditimpakan oleh peradapan yang fasiq dan penuh dhonn kepada Islam, telah
terakumulasi sedemikian parahnya. Perlakuan-perlakuan curang atas Islam
telah mengendap menjadi gumpalan rasa perih di kalbu jutaan ummat Islam.
Kecurangan atas Islam dan Kaum Muslimin itu bahkan diselenggarakan sendiri
oleh kaum Muslimin yang mau tidak mau terjerat menjadi bagian dan pelaku
dari mekanisme sistem peradaban yang dominan dan tak ada kompetitornya.

"*Al-Islamu mahjubun bil-muslimin*". Cahaya Islam ditutupi dan digelapkan
oleh orang Islam sendiri.

Endapan-endapan dalam kalbu kollektif ummat Islam itu, kalau pada suatu
momentum menemukan titik bocor - maka akan meledak. Pemerintah Indonesia
kayaknya harus segera mervisi metoda dan strategi penanganan antar ummat
beragama. Kita perlu menyelenggarakan 'sidang pleno' yang transparan,
berhati jernih dan berfikiran adil. Sebab kalau tidak, berarti kita sepakat
untuk menabuh pisau dan mesiu untuk peperangan di masa depan.


Mungkin Sekali Saya Sendiri Juga Maling
"Oleh Taufiq Ismail"
11th Januari 2011, 20:30

Kita hampir paripurna menjadi bangsa porak-poranda,terbungkuk dibebani hutang dan merayap melata sengsara di dunia.Penganggur 40 juta orang,anak-anak tak bisabersekolah 11 juta murid,pecandu narkoba 6 juta anak muda, pengungsi perang saudara 1 juta orang,VCD koitus beredar 20 juta keping, kriminalitas merebat disetiap tikungan jalan dan beban hutang di bahu 1600 trilyun rupiahnya.

Pergelangan tangan dan kaki Indonesia diborgol diruang tamu Kantor Pegadaian Jagat Raya,dan dipunggung kita dicap sablon besar-besar: Tahanan IMF dan Penunggak Bank Dunia.

Kita sudah jadi bangsa kuli dan babu, menjual tenaga dengan upahpaling murah sejagat raya.Ketika TKW-TKI itu pergi lihatlah mereka bersukacita antri penuh harapan dan angan-angandi pelabuhan dan bandara, ketika pulang lihat mereka berdukacita karenamajikan mungkir tidak membayar gaji, banyak yang disiksa malah diperkosadan pada jam pertama mendarat di negeri sendiri diperas pula.

Negeri kita tidak merdeka lagi, kita sudah jadi negeri jajahan kembali.Selamat datang dalam zaman kolonialisme baru, saudaraku.Dulu penjajah kita satu negara, kini penjajah multi kolonialis banyak bangsa.Mereka berdasi sutra, ramah-tamah luar biasa dan banyak senyumnya.Makin banyak kita meminjam uang, makin gembira karena leher kita makin mudah dipatahkannya.

Di negeri kita ini, prospek industri bagus sekali.Berbagai format perindustrian, sangat menjanjikan, begitu laporan penelitian. Nomor satu paling wahid, sangat tinggi dalam evaluasi, dari depannya penuh janji, adalah industri korupsi .

Apalagi di negeri kita lama sudah tidak jelas batas halal dan haram,ibarat membentang benang hitam di hutan kelam jam satu malam. Bergerak ke kiri ketabrak copet, bergerak ke kanan kesenggol jambret,jalan di depan dikuasai maling, jalan di belakang penuh tukang peras,yang di atas tukang tindas. Untuk bisa bertahan berakal waras saja di Indonesia, sudah untung. Lihatlah para maling itu kini mencuri secara berjamaah. Mereka bersaf-saf berdiri rapat, teratur berdisiplin dan betapa khusyu'. Begitu rapatnya mereka berdiri susah engkau menembusnya. Begitu sistematiknya prosedurnya tak mungkin engkau menyabotnya. Begitu khusyu'nya, engkau kira mereka beribadah. Kemudian kita bertanya, mungkinkah ada maling yang istiqamah? Lihatlah jumlah mereka, berpuluh tahun lamanya,membentang dari depan sampai ke belakang, melimpahdari atas sampai ke bawah, tambah merambah panjang deretan saf jamaah.

Jamaah ini lintas agama, lintas suku dan lintas jenis kelamin. Bagaimana melawan maling yang mencuri secara berjamaah?Bagaimana menangkap maling yang prosedur pencuriannya malah dilindungidari atas sampai ke bawah? Dan yang melindungi mereka, ternyata, bagian juga dari yang pegang senjata dan yang memerintah.Bagaimana ini?Tangan kiri jamaah ini menandatangani disposisi MOU dan MUO (Mark Up Operation),tangan kanannya membuat yayasan beasiswa, asrama yatim piatu dan sekolahan. Kaki kiri jamaah ini mengais-ngais upeti ke sana kemari,kaki kanannya bersedekah, pergi umrah dan naik haji. Otak kirinya merancang prosentasi komisi dan pemotongan anggaran,otak kanannya berzakat harta, bertaubat nasuha dan memohon ampunan Tuhan.

Bagaimana caranya melawan maling begini yang mencuri secara berjamaah?Jamaahnya kukuh seperti diding keraton, tak mempan dihantam gempa dan banjir bandang,malahan mereka juru tafsir peraturan dan merancang undang-undang, penegak hukum sekaligus penggoyang hukum, berfungsi bergantian. Bagaimana caranya memroses hukum maling-maling yang jumlahnya ratusan ribu, barangkali sekitar satu juta orang ini,cukup jadi sebuah negara mini, meliputi mereka yang pegang kendali perintah, eksekutif, legislatif, yudikatif dan dunia bisnis, yang pegang pestol dan mengendalikan meriam, yang berjas dan berdasi. Bagaimana caranya?Mau diperiksa dan diusut secara hukum?Mau didudukkan di kursi tertuduh sidang pengadilan?Mau didatangkan saksi-saksi yang bebas dari ancaman?Hakim dan jaksa yang bersih dari penyuapan?PercumaSeratus tahun pengadilan, setiap hari 8 jam dijadwalkanInsya Allah tak akan terselesaikan. Jadi, saudaraku, bagaimana caranya?Bagaimana caranya supaya mereka mau dibujuk, dibujuk, dib ujuk agar bersedia mengembalikan jarahan yang berpuluh tahun dan turun-temurun sudah mereka kumpulkan.

Kita doakan Allah membuka hati mereka, terutama karena terbanyak dari mereka orang yang shalat juga,orang yang berpuasa juga,orang yang berhaji juga. Kita bujuk baik-baik dan kita doakan mereka. Celakanya, jika di antara jamaah maling itu ada keluarga kita, ada hubungan darah atau teman sekolah, maka kita cenderung tutup mata, tak sampai hati menegurnya. Celakanya, bila di antara jamaah maling itu ada orang partai kita, orang seagama atau sedaerah,Kita cenderung menutup-nutupi fakta, lalu dimakruh-makruhkan dandiam-diam berharap semoga kita mendapatkan cipratan harta tanpa ketahuan.Maling-maling ini adalah kawanan anai-anai dan rayap sejati.Dan lihat kini jendela dan pintu Rumah Indonesia dimakan rayap. Kayu kosen, tiang, kasau, jeriau rumah Indonesia dimakan anai-anai.Dinding dan langit-langit, lantai rumah Indonesia digerogoti rayap.Tempat tidur dan lemari, meja kursi dan sofa,televisi rumah Indonesia dijarah anai-anai.Pagar pekarangan, bahkan fondasi dan atap rumahIndonesi a sudah mulai habis dikunyah-kunyah rayap.Rumah Indonesia menunggu waktu, masa rubuhnya yang sempurna.Aku berdiri di pekarangan, terpana menyaksikannya.Tiba-tiba datang serombongan anak muda dari kampung sekitar."Ini dia rayapnya! Ini dia Anai-anainya!" teriak mereka."Bukan. Saya bukan Rayap, bukan!" bantahku.Mereka berteriak terus dan mendekatiku dengan sikap mengancam.Aku melarikan diri kencang-kencang.Mereka mengejarkan lebih kencang lagi.Mereka menangkapku."Ambil bensin!" teriak seseorang."Bakar Rayap," teriak mereka bersama.Bensin berserakan dituangkan ke kepala dan badanku.Seseorang memantik korek api.Aku dibakar.Bau kawanan rayap hangus.
Membubung Ke udara.

---