Catatan Akhir Zaman

Sebagai renungan diri, Pencarian solusi , sambil menunggu mati ....O_n

CAZ 2010

Bagaimana kesan anda menjadi manusia Akhir Zaman ? Ber-Aksi reaksi dengan KeAjaiban sehari-hari ...

> Emang susah silaunya dunia

Daratan Eropa dikenal dengan `Balad Syuhada' (tanah bagi para
syuhada), karena banyaknya para mujahid yang syahid di daratan itu. Para
mujahid yang gagah dan berani, serta ikhlas, mereka mendambakan janji
dari Rabbnya, terus maju, memasuki jantung Eropa, itulah sekelumit kisah
para Tabi'in, yang ditulis oleh Abdurrahman Rafat Basya. 

Semangat jihad yang belum pernah dalam sejarah penaklukan. Kecuali saat
itu. Hampir seluruh daratan Eropa menjadi miliki umat Islam. Karena
kecermalangan para pemimpinnya, dan ketangguhan para mujahid, yang
berperang dengan pasukan Eropa. Mereka memenangkannya. Spanyol dan
Perancis telah takluk. Perjuangan mereka terus memasuki daratan Eropa,
hingga menjelang Jerman. 

Kemenangan pasukan Islam, saat Bani Umayyah dipimpin oleh Umar bin Abdul
Aziz. Usai pemakaman pamannya Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik, dan
Umar usai pula membersihkan tangannya dari tanah-tanah, Khalifah yang
baru itu, mengganti sejumlah gubernur. Diantara pejabat baru yang
dilantik itu, As-Samah bin Malik al-Khaulani yang bertanggung jawab atas
seluruh Andalusia, yang sekarang adalah Spanyol, dan beberapa wilayah
Perancis. 

As-Samah bin Malik al-Khaulani bercita-cita menggambungkan daratan
Andalusia (Spanyol) dengan Perancis. Maka, langkah pertama yang
dilakukannya menaklukan Norbone, yang dekat dengan Spanyol. Pasukan
Islam yang dipimpin Al-Khaulani itu menyisir pegunungan Pyrenees menuju
kota Norbonne. Kota ini menjadi kunci untuk memasuki kota-kota Perancis
lainnya.

Seperti biasanya pasukan Islam sebelum menaklukan kota itu, memberikan
pilihan kepada penduduk, mereka memeluk Islam atau membayar jizyah.
Tetapi mereka menolak untuk memeluk Islam dan membayar jizyah. Karena
mereka menolak, perang tak dapat dielakkannya, dan kota itu dikepung
selama empat pekan, dan akhirnya menyerah, sesudah terjadi pertempuran
yang sangat dahsyat yang belum pernah terjadi di sepanjang sejarah
Eropa. 

Sasaran berikutnya adalah Toulouse, yang menjadi ibukota Octania.
Pasukan Islam yang sudah berada di dekat wilayah itu, masuk dengan
menggunakan senjata yang belum pernah mereke kenal, dan hampir kota
jatuh ke tangan muslimin, tetapi terjadi peristiwa yang menghambat
kemenangan. 

Tatkala itu, Raja Octania yang mengunjungi para raja-raja di seluruh
Eropa, mengajak mereka bergabung menghadapi pasukan Islam, yang dipimpin
Al-Khaulani, yang sudah berada diambang pintu, dan mengancam Octania.
Berkumpullah pasukan Salib yang berjumlah sangat besar. Untuk
mengambarkan itu, sampai seorang sejarawan mengatakan, betapa gemuruh
pasukan Salib itu, hingga debu-debu yang mengepul menutupi kota Rhone,
siang yang terang oleh matahari itu, menjadi gelap akibat debu, dari
kaki-kaki pasukan Raja Octania. 

Perang yang tak terelakkan. Gemuruh perang begitu dahsyat. Dua pasukan
bertemu, dan As-Samah bin Malik Al-Khaulani selalu berada di garis
depan. Pada pertempuran yang sangat dahsyat itu, As-Samah terkena panah,
dan robohnya panglima tertinggi yang perkasa itu, dan menemui syahidnya.

Saat terdengar panglimanya As-Samah gugur, pauskan Islam menjadi
kocar-kacir, di saat itu pula, tampil, seorang generasi tabi'in,
yang ada, mengambil alih kepeimpian dari As-Samah, yang tangguh dan
disegani bernama Abdurrahman al-Ghafiqi. Dengan lahirnya panglima perang
yang baru itu, berhasil di selamatkan pasukan Islam, yang mengalami
kepanikan itu. Mereka yang tercerai-berai. 

Abdurrahman Al-Ghafiqi itu mempunyai cita-cita yang sama dengan
tokh-tokoh Islam lainnya, seperti Musa bin Nushair hingga As-Samah bin
Malik Al-Khaulani, yang ingin menaklukkan Spanyol, Perancis, Italia,
Jerman, hingga Konstantinopel. Dan, Abdurrahman yakin akan dapat
mewujudkan impiannya itu. 

Suatu senja Abdurrahman Al-Ghafiqi mengundang seorang dzimmi keturunan
Perancis yang terikat dengan perjanjian. Lalu, Abdurrahman bertanya,
"Mengapa raja kalian, Carll tidak turun untuk membantu raja-raja
lainnya yang berperang dengan kami?", tanya Al-Ghafiqi. "Wahai
gubernur, anda telah menepati janji kami. Anda berhak kami
percayai", ucap seorang dzimmi itu. 

Musa bin Nushair telah berhasil menaklukkan Spanyol. Kemudian ingin
melanjutkan perluasan wilayahnya sampai menjangkau Perancis, melewati
Pyerennes. Perjuangan itu berlanjut, yang akan menentukan masa depan
Islam di daratan Eropa. 

Sebuah dialog raja-raja kecil dengan Maha Raja, yang mempunyai pengaruh
di daratan Eropa, dan dia berkata, "Masalah ini sudah saya pikirkan
secara mendalam dan saya mengira untuk saat ini tidak perlu menghadapi
mereka secara langsung.Mereka orang-orang yang bermental baja. Mereka
kaum yang memiliki aqidah yang kokoh, sehingga tak menghiraukan jumlah
dan senjata. Mereka mempunyai iman dan kejujuran yangjauh lebih berharga
dibandingkan senjata, pakaian perang atau kuda. Karena itu, lebih baik
kita membiarkan mereka, kaum muslimin terus menumpuk harta dan ghanimah,
lalu membangun rumah dan gedung –gedung serta melipatgandakan jumlah
budak laki-laki dan perempuan dan lihatlah, mereka akan berebut
kekuasaan. Pada saat itu itu kita bisa menaklukan mereka dengan mudah
tanpa banyak pengorbanan", ucap Maha Raja itu. 

Mendengar dialog itu, Abdurrahman Al-Ghafiqi sangat terkejut. Betapa,
beliau sudah mengelilingi kota-kota dan desa-desa di wilayah Andalusia,
dan mendidik mereka dengan iman, tetapi Maha Raja itu, masih dapat
mengatakan akan mengalahkannya, hanya akibat umat Islam terlena oleh
banyaknya ghanimah. 

Tetapi, sejarah menyatakan, dan inilahnya pahitnya kehidupan, yang tak
dapat ditolak oleh siapapun, perjalanan kehidupan kaum muslimin selalu
ada orang-orang yang terlena oleh kehidupan dunia. Ini terjadi yang
tidak dapat dipungkiri. Seandainya bukan harta dan kehidupan duniawi,
daratan Eropa sudah menjadi negeri-negeri muslim. 

Pengkhianatan itu, pertama terjadi oleh Utsman bin Abi Nus'ah, amir
penjaga perbatasan yang dipercaya oleh panglima perang Abdurrahman
Al-Ghafiqi. Padahal, ia dipercaya untuk memimpin pasukan inti
diperbatasan untuk menghadapi musuh. Tetapi, pilihan Abdurrahman itu
keliru, dan orang yang dipercaya itu, berkhianat, dan karena ambisinya
itu, dan lalu menculik puteri Raja Octania, yang bernama Minnin. Minnin
terkenal sangat jelita, berdarah bangsawan, masih belia, dan seba g ai
penghuni istana. Puteri Minnin inilah yang membuat Utsman bin Abi
Nus'ah tergila-gila. 

Utsman bin Abi Nus'ah yang dipercaya oleh Abdurrahman Al-Ghafiqi ,
akibat sudah tergila-gila dengan kecantikan puteri Minnin, kemudian ia
membuat perjanjian perdamaian dengan Raja Octania. Dan, Utsman memberi
jaminan keamanan kepada Raja Octania. 

Begitulah, ketika datang perntah untuk menyerbu wilayah Octania, maka
Utsman bin Abi Nus'ah menjad bimbang untuk melaksanakannya. Kabar
yang sampai ke telinga Abdurrahman Al-Ghafiqi menjadi sangat marah,
akibat pengkhiatan yang dilakukan oleh Utsman. "Perjanjian yang anda
lakukan yang anda lakukan tidak sah, maka tidak ada keharusan prajurit
Islam mentaatinya", ujar Abdurrahman. 

Selanjutnya, panglima perang Islam, itu mengirimkan pasukan untuk
menangkap pengkhianat Utsman bin Abi Nus'ah. Pasukan yang diutus itu
berhasil menaklukan dengan pertempuran diatas gunung, dan Utsman bin
Nus'ah dengan berbagai tusukan pedang. Sedangkan Minnin, puteri Raja
Octania itu tertangkap, kemudian di kirim ke Damaskus. Saat melihat
puteri Minnin itu, Abdurrahman Al-Ghafiqi memalingkan wajahnya, karena
puteri itu terlalu cantik.

Perang terus berkecamuk memperebutkan wilayah Perancis, yang luas, dan
pasukan berhasil menguasai kota-kota penting. Raja Octania yang lolos
itu, kembali berperang dengan jumlah pasukan yang lebih besar.
Kemenangan oleh pasukan Islam, memasuki wilayah Perancis, seperti Lyon,
Boerdeaux, yang merupakan pintu masuk yang sangat penting mengausai
Perancis, dan hanya seratus mil lagi masuk kota Paris. Dunia Eropa
sangat tersentak melihat Perancis selatan telah dikuasai pasukan Islam
yang dipimpin Abdurrahman al-Ghafiqi. 

Ghanimah begitu melimpah. Bangunan tenda-tenda yang besar- besar sudah
tidak dapat menampung lagi ghanimah dari haisl peperangan itu. Tetapi,
panglima perang Abdurrahman Al-Ghafiqi terus bertempur dengan gagah
berani, menyapu pasukan Salib, yang ingin mencoba mengahalanginya. Dan,
akhirnya kota Tours, kota Perancis yang sangat indah, penuh dengan
bangunan tua yang sangat indah dan menyimpan berbagai benda yang
berharga. 

Ketika itu, saat bulan Sya'ban 104 Hijriyah Abdurrahman Al-Ghafiqi
bersama paskan yang perkasa memasuki kota Poiters. Mereka disambut oleh
pasukan besar Eropa yang dipimpin oleh Karel Martel. Perang yang amat
dahsyat antara kedua belah pihak, yang kemudian dikenal dengan : 'Balad
Syuhada'. Karena banyaknya para syuhada yang gugur dimedan perang
ini. 

Saat inilah pasukan Islam mulai terpecah konsentrasinya, apalagi Karl
Martel menyiasati dengan melalui belakang menyerang tempat-tempat
penyimpanan ghonimah, tenda-tenda yang ada di tempat padang yang sangat
luas itu dibakar oleh pasukan Karel Martel. 

Sungguh sangat getir, ketika itu pasukan Islam dalam puncak kejayaannya,
punggung-punggung pasukan Islam sudah terlalu berat dengan beban
ghanimah, yang memberatkan gerak langkah mereka. Mereka tergoda dengan
ghanimah, yang menyebabkan melupakan tujuan mereka yang ingin
mendapatkan kejajaan Islam, dan kemuliaan di sisi-Nya. Di saat itu pula,
tiba-tiba panglima perang Abdurrahman Al-Ghafiqi tewas terkena panah. 

Inilah menandakan akhir dari satu episode perjuangan yang penuh dengan
kemenangan, akhirnya harus kandas, karena godaan duniawi. Andai kata
mereka tidak te rgoda oleh duniawi, mungkin sekarang seluruh daratan
Eropa sudah menjadi milik kaum muslimin, sehingga pemeluknya bebas
melaksanakan syariah-Nya. Tapi, Allah memberikan ujian kepada kaum
muslimin, dan gagal, menghadapi ujian itu. Wallahu'alam.



Waduh .. waduh... banyak bencana alam berseliweran di akhir Oktober ini,
dari Mentawai ke Merapi, tsunawi + wedhus ghembels...

Ada yang bilang tanda2 zaman yang menua, ada yang bilang semua ada akibatnya...
Memang serba salah ketika di lahirkan di area bencana, tanah tumpah darah katanya...
Tapi secara logika, memang tidak bisa setiap ada bencana dusun rame2 bedol desa ka ....(ketua DPR dung*!)

Namun pertanyaan saya kepada anda para pengunjung CAZ,
Apa yang anda "rasakan" melihat paparan bencana di negeri ini ?
1. Biasa aja, karena ga mengalami ?
2. Kasihan dan berbelasungkawa ?
3. Ketakutan dan merenung , karena eskalasi gunung2 lainnya ?
4. Berangkat sebagai relawan ?
5. Nyukurin kepada yang terkena bencana (kenapa tinggal disono) ?
6. Kesal, karena berita nya bencana mulu ga ada berita koruptor dan maling2 berdasi yang di urus!??
7. Masa bodo, tidak ada urusan dengan kehidupan saya ?

Nah setelah di pilih dari ke 7 item di atas, silahkan anda menjawab mengapa saya pilih item tersebut ?

"Karena Empati datang dari diri yang perduli, dan sadar tidak akan mungkin kita berjalan ke kubur sendiri"