Ayo ayo .... jemput rizki kita dengan semangat yaa ...
>> 5 (us)
1. Niat harus tul(us)
2. Ibadah makin bag(us)
3. Hidup terus lur(us)
4. Ikhtiar yg seri(us)
5. Tobat terus mener(us)
> Bukan bisnis langit, kalo harta jd ilah di hatinya. Dunia jadi tujuan akhirnya.
> Bukan bisnis langit, kalo senyum hanya karena ingin orang datang, ramah karena niat dagangan dibeli orang. Timbangan yg sesuai hanya karena ingin dapat pujian.
> Bukan bisnis langit, ketika uang sudah mulai mengalir mudah, namun bangun subuh makin susah.
> Bukan bisnis langit, kalo di tiap solatnya tercampur urusan bisnisnya.
> Bukan bisnis langit, kalo masih marah2 ketika datang pengemis ke rumah.
> Bukan bisnis langit, kalo masih ada hasad pada pesaing, ada dengki dan dendam pada rekan bisnis yg pernah menzholimi.
> Bukan bisnis langit, jika tidak ada ketenangan dalam hartanya.
> Bukan bisnis langit, jika cacian + makian jadi penghalang, kegagalan jadi keputusasaan.
> Bukan bisnis langit, jika bisnis kian besar, kepala juga semakin besar. Merasa rezeki datang karena hasil jerih payahnya, kepandaian dan keahliannya.
> Kita hanya bisa menjemput rizki, Allah dan alam yg mendatangkan rezeki ke para juragan2 sekalian.
> Gan, perjalanan rezeki menghampiri kita jauh lebih panjang dari perjalanan kita menjemput rezeki.
Ayo jadi pebisnis langit!
Allahu'alam bishshowab
Catatan kecil
@sahid hotel 220611,
Ihsan tanjung + aagym
CAZ 2010
Assalamulalaikum wr.wb
Hello para insan-insan akhir zaman,
Sudah Pernahkah melihat film terbaru x-men first class??
Liat di awal dan akhirnya, di awal film ada anak dgn jaket ber-bintang daud di polandia berkelebihan (mutan magnet).
Dan di akhir film anak tersebut menjelma menjadi sesuatu Mutan yang hampir tidak terkalahkan
>> yup betul dia seorang yahudi!! lagi2 film propaganda jew yang menggiring derita yahudi yang di dramatisasi Nazi PD2.
Banyak sekali film2 superhero dengan sasaran anak2 untuk percaya yahudi adalah korban genocida nazi dan mereka adalah orang2 terpilih oleh tuhan diatas orang2 manusia 'biasa' ghoyyim ....
Sehingga ketika nanti penonton anak2 ini dewasa mereka menerima yahudi & mendukung apapun yang mereka lakukan termasuk yahudi yang meng genocida muslim di seeluruh dunia khususnya palestina.
Tujuan mereka adalah mencuci otak agar anak2 ini lewat film2 hollywood bahwa yahudi jew adalah genius dan muslim itu dongo bodoh dan hanya pantas menjadi budak atau hanya beban di dunia ini
Sayangnya itu memang terjadi, alat2 telekomunikasi / komputer yang saya gunakan untuk blog ini (mau tidak mau sangat berguna) pasti bukan di ciptakan oleh seorang ilmuan muslim (CMIIW) , walaupun ada mungkin muslim yang menjadi "robot" sebagai tukang solder atau assembly atau marketer produk2 ciptaan manusia unggul tadi!!
Kita lihat muslim saat ini terpisah berai kacau kekerasan dimana-mana, saling membunuh perang saudara atau negara menjadi negara 3 budak pelayan negara superpower dunia, lewat kapitalisme dengan jaring-jaring tidak terlihat namun terasa mem-boneka kan para pemimpinnya.
Sayang seribu sayang, itulah yg terjadi.siapa yang tidak tunduk cepat atau lambat, akan di bantai seperti libya saat ini.
Wake up call bagi seluruh muslim berbunyi setiap detiknya! Kenapa hanya di jauhkan karena ketika terganggu dalam mimpi semu kita???
Melawan Amerika Ala Jepang
Sabtu, - 11:04:27
Jepang pernah diratakan dengan tanah oleh tentara Amerika. Tahun 1945, tidak
kurang dari 140 ribu nyawa bangsa Jepang hilang sia-sia ketika bom Atom dijatuhkan
di Hiroshima. Dan 70 ribu lainnya mati sia- sia ketika bom Atom satunya lagi dijatuhkan di Nagasaki.
Praktis Jepang lumpuh. Tentaranya yang sedang menjajah negeri lain meluaskan sayap, pulang kampung. Negeri itu bangkrut, bubar dan tidak berbentuk lagi. Apa yang pernah dialami Jepang di masa itu kira-kira mirip dengan yang dialami Iraq, Afghanistan dan negeri-negeri muslim lainnya.
Bahkan mungkin penderitaan Jepang jauh lebih dahsyat. Sebab bom Atom itu bukan cuma menghancurkan gedung dan infrastruktur, tetapi efek radiasinya masih berbahaya untuk beberapa waktu.Berbeda dengan sikap bangsa Jepang, ketika melihat negeri Islam dihancurkan oleh tentara Amerika, banyak pemuda muslim dari seluruh dunia yang marah dan bertekad membalas serangan itu dengan serangan yang sama.
Bahkan Usamah bin Ladin menyerukan jihad kepada Amerika, dan memerintahkan
untuk membunuh semua bangsa Amerika, dimana saja bertemu. Kemarahan Usamah
itu kemudian disambut gegap gempita oleh banyak kalangan muslim di dunia.
Tidak sedikit Kedutaan Besar Amerika di berbagai negara yang menerima ancaman
bom dan peledakan. Warga Amerika sendiri pun tidak jarang menerima ancaman
penganiayaan hingga pembunuhan di berbagai negara. Sampai pemerintah Amerika seringkali mengeluarkan travel warning demi keselamatan warganya.
Sebuah reaksi yang cukup membuat pemerintah Amerika kalang kabut.
Bom Teroris Tapi yang rada aneh justru terjadi di negeri kita. Alih-alih membunuh bangsa Amerika, justru yang terbunuh malah bangsa sendiri.
Serangan demi serangan dilancarkan oleh para pengebom, namun lebih sering salah
sasaran.Meski pun penjelasannya untuk menyerang kepentingan Amerika, tetapi yang jadi korban malah bukan warga negara Amerika.
Justru bangsa kita yang nota bene umat Islam, malah lebih sering terkena sasaran pengeboman yang dilancarkan secara membabi buta oleh orang yang tidak bertanggung-jawab.Sayangnya, semua pengeboman itu masih memakai judul besar : jihad fi sabilillah.
Padahal, yang mati bukan orang Amerika.
Tempatnya pun bukan di medan peperangan yang sesungguhnya.Serangkaian peledakan bom terus terjadi hingga hari ini. Catatan yang kita miliki antara lain : 1 Agustus 2000 : Ledakan bom terjadi di depan kediaman Duta Besar Filipina untuk Indonesia di Jakarta. Ledakan bom itu menewaskan dua staf rumah tangga kediaman serta puluhan orang lainnya mengalami luka cukup serius.
13 September 2000 : Bom mengguncang lantai parkir Gedung Bursa Efek Jakarta.
Dengan bahan peledak TNT, ledakan bom menewaskan 10 orang, melukai 15 orang,
serta dua mobil hangus, dan 20 mobil rusak.
25 Desember 2000 : Bom meledak di berbagai tempat di Indonesia saat malam
Natal, yakni Jakarta, Bekasi, Sukabumi, Bandung, Mojokerto, Mataram, Pematang
Siantar, Medan, Batam, dan Pekanbaru.
Rangkaian ledakan ini mengakibatkan belasan orang tewas, seratus lebih lainnya luka-luka dan puluhan mobil rusak. Tercatat hanya 16 dari 31 bom yang meledak. Agustus 2001 : Bom meledak di Plaza Atrium, Senen, Jakarta Pusat. Ledakan
melukai enam orang.
23 September 2001 : Ledakan di lantai parkir Atrium Plaza menghancurkan
beberapa mobil, walau tidak ada korban jiwa.
12 Oktober 2002 : Tiga ledakan bom mengguncang Bali. Ledakan pertama dan
kedua mengguncang kawasan di Jalan Legian, Kuta.
Sedangkan ledakan lainnya terjadi di dekat Kantor Konsulat Amerika Serikat, Denpasar. Di Manado, Sulawesi Utara, bom rakitan meledak di pintu gerbang masuk Kantor Konjen Filipina, tapi tidak ada korban jiwa.
Ledakan di Jalan Legian, mengakibatkan setidaknya 187 tewas dan 400 lainnya luka-luka. Ledakan juga mengakibatkan kerusakan parah dalam radius 100 meter dari pusat ledakan. Polisi mengidentifikasikan bahwa ledakan berasal dari bom mobil yang diletakkan di dalam Mitsubishi L-300.
Tiga terpidana mati, Amrozi cs, sudah dieksekusi.
5 Agustus 2003 : Ledakan hebat mengguncang Hotel JW Marriott, Jakarta.
Dengan bahan peledak, antara lain berupa CLO3, aluminium powder, TNT, detonator
dan sumbu peledak. Bom menewaskan 11 orang, melukai 152 orang dan menghancurkan 22 mobil.
Pada 9 September 2004 : pengeboman di depan Kedubes Australia, Kuningan, Jaksel.
Jumlah korban jiwa tidak begitu jelas. Pihak Indonesia berhasil mengidentifikasi
sembilan orang, namun pihak Australia menyebut angka 11. Peledakan itu dipercayai dilakukan oleh seorang pengebom berani mati bernama Heri Kurniawan alias Heri Golun dengan menggunakan van mini. Heri berhasil diidentifikasi melalui tes DNA.
1 Oktober 2005 : Terjadi tiga pengeboman di Bali, satu di Kuta dan dua di Jimbaran dengan sedikitnya 23 orang tewas dan 196 lainnya luka-luka.
Jepang Tidak Membalas Teror Ketika negerinya diporakporandakan, bangsa Jepang pasti marah. Namun menarik untuk dikaji, mereka sudah tidak bernafsu lagi untuk membalas dengan serangan militer yang hanya akan menumpahkan darah. Pembalasan yang dilakukan oleh bangsa Jepang cukup intelek dan elegan.
Bukan mesiu atau peluru yang mereka kirim ke Amerika, tetapi rombongan mahasiswa genius yang sengaja diperintahkan untuk `mencuri` ilmu dan teknologi dari mantan lawannya.Berbeda dengan mental terjajah bangsa Indonesia yang ke Amerika malah belajar ilmu-ilmu keislaman dari Yahudi, mahasiswa Jepang justru belajar teknologi yang memang belum mereka miliki.
Karena dikerjakan dengan tekat yang serius, maka "dalam waktu singkat nyaris hampir semua teknologi dan kekayaan ilmu pengetahuan yang tadinya dimiliki Amerika, sekarang sudah menjadi milik Jepang. Saya diceritakan bagaimana saat itu Amerika agak pelit berbagi teknologi.
Sampai akhirnya Jepang terpaksa membeli mobil Ford utuh untuk dibawa pulang ke Jepang. Di Jepang, mobil itu tidak untuk dipersembahkan buat para pejabat yang makan uang rakyat, tetapi untuk dibedah, dipreteli satu per satu isi perutnya, dipelajari dan . . . ini yang menarik, ditiru, dikembangkan, disempurnakan dan diproduksi massal.
Hasilnya? Semua orang tahu bahwa Amerika pun akhirnya mengimpor mobil dan motor dari Jepang. Sebab industri otomotif Jepang melesat maju meninggalkan industri
otomotif Amerika.
Bahkan sepeda motor yang dipakai patroli jalan raya California (ingat film CHIPS), mereknya Honda. Bahkan kini General Motor sebagai induk industri otomotif Amerika terpaksa merumahkan ribuan karyawannya.
Teknik perakitan kendaraan roda empat memang tidak diciptakan orang Jepang, patennya
dimiliki orang Amerika. Tapi ternyata Jepang dengan inovasinya bisa mengembangkan industri perakitan kendaraan yang lebih cepat dan murah.
Di bidang elektronik, Akio Morita mengembangkan Sony Walkman yang melegenda itu. Meski pita kaset ditemukan patennya oleh Phillip Electronics. Tapi walkman berhasil dikembangkan dan dibudling sebagai sebuah produk yang booming Sony tidak kurang dari 150 juta produk.
Bangsa Jepang Gemar Berkarya Berbeda dengan umumnya bangsa-bangsa muslim yang senang berdebat, saling menjelekkan dan jarang akur, alias lebih sering bertikai, bangsa Jepang kelihatan lebih kalem. Mereka tidak terlalu banyak cakap, tapi rajin bekerja.Mas
Romi Satria Wahono, teman saya yang menggondol doktor di Jepang dan 10 tahun bermukim disana bercerita. Menurut beliau, rata-rata jam kerja pegawai di Jepang adalah 2450 jam per tahun.
Jam kerja ini terbilang sangat tinggi, bila dibandingkan dengan jam kerja bangsa- bangsa lain yang juga maju. Konon jam kerja orang Amerika sebanyak 1.957 jam per tahun. Kalau orang Inggris jam kerjanya 1.911 jam per tahun.
Orang Jerman bekerja sebanyak 1.870 jam setahun. Orang Perancis bekerja sebanyak 1.680 jam setahun. Sayangnya, saya tidak punya data PNS di negeri kita, berapa ya kira-kira jumlah jam kerja mereka? Kalau mau iseng-iseng coba yuk kita hitung.
Misalnya, PNS kita yang akan uang pajak rakyat itu datang ke kantor jam 09.00 pagi dengan badan lelah berjam-jam naik angkot dengan lalu lintas yang macet parah. Sampai di kantor harus istirahat dulu sambil baca koran atau minum teh. Kerja betulannya baru dimulai kira-kira jam 10.00 pagi. Jam 11.30 sudah repot mau ke Masjid, sebab alasannya kan mau menunaikan ibadah shalat Dzhuhur. Balik dari masjid sekalian makan siang, jam 14.00.
Kerja sebentar kira-kira 1 jam, itu pun kalau ada yang dikerjakan, kalau tidak ada, ya main game, chating, catur, atau ngobyek. Praktis sehari kerja yang beneran cuma 3 jam. Kalau seminggu kerja 5 hari, berarti seminggu hanya 15 jam.
Setahun? Kalikan saja dengan 52 minggu, hasilnya hana 780 jam setahun. Itupun sudah tidak dihitung tanggal merah, cuti bersama dan `HARPITNAS` (Hari Kejepit Nasional).
Seorang pegawai di Jepang bisa menghasilkan sebuah mobil dalam 9 hari, sedangkan pegawai di negara lain memerlukan 47 hari untuk membuat mobil yang bernilai sama. Seorang pekerja Jepang boleh dikatakan bisa melakukan pekerjaan (yang biasanya dikerjakan oleh 5-6 orang.
Pulang cepat adalah sesuatu yang boleh dikatakan `agak memalukan` di Jepang, dan menandakan bahwa pegawai tersebut termasuk `yang tidak dibutuhkan` oleh perusahaan. Tekun dan Ulet ·Bumi Jepang sebenarnya tidak terlalu berlimpah dengan kekayaan alam.
Tapi barangkali justru faktor itulah yang memicu orang-orang Jepang menjadi tekun dan ulet, akhirnya malah sukses. Sesungguhnya untuk kebutuhan warganya, Jepang sangat mengandalkan negara lain, termasuk Indonesia. Tidak hanya menjadi pengimpor minyak bumi, batubara, biji besi dan kayu, bahkan 85% sumber energi Jepang berasal dari negara lain termasuk Indonesia.
Sampai ada yang bilang seandainya Indonesia menghentikan pasokan minyak bumi ke Jepang, maka 30% wilayah Jepang akan gelap gulita. Bandingkan dengan negeri kita yang berlimpah dengan bahan- bahan alam, ada minyak bumi, batu bara,bijih besi, emas dan lainnya. Seharusnya kita lebih maju dari Jepang.
Bahkan bisa menekan Jepang dengan menghentikan ekspor minyak bumi. Tapi itulah bangsa Jepang, alamnya yang sering dilanda gempa bukan bikin bangsanya jadi peminta-minta belas kasihan negara lain. Nasionalisme dan loyaliltas Hal yang menarik lainnya dari bangsa Jepang, mereka punya rasa nasionalisme yang patut dibanggakan. Kedutaan Besar Jepang di berbagai negara selalu terbuka untuk memberikan bantuan sepenuhnya buat warganya.
Berbeda dengan ulah para pejabat KBRI dan konsulat kita di negeri lain, alih-alih membela bangsa sendiri, yang sering saya lihat mereka malah rada bermusuhan kepada WNI sendiri. Hubungan renggang antara pejabat kedutaan dengan bangsa Indonesia yang tinggal di negara yang bersangkutan, lebih sering kurang serasi.
Bangsa Jepang juga dikenal punya loyalitas yang tinggi. Loyalitas membuat sistem karir di sebuah perusahaan berjalan dan tertata dengan rapi. Sedikit berbeda dengan sistem di Amerika dan Eropa, sangat jarang orang Jepang yang `berpindah-pindah pekerjaan. Mereka biasanya bertahan di satu atau dua perusahaan sampai pensiun.Ini mungkin implikasi dari Industri di Jepang yang kebanyakan hanya mau menerima fresh graduate, yang kemudian mereka latih dan didik sendiri sesuai dengan bidang garapan (core business) perusahaan.Di negeri kita, loyalitas adalah barang basi.
Loyalitas biasanya diberikan kepada pihak yang mau bayar lebih tinggi. Termasuk
dalam urusan memilih partai dan pejabat. Siapa yang uang `serangan fajar`nya lebih
tinggi, biasanya dia yang menang.
Tidak Bergantung Bangsa Lain Berbeda dengan negeri-negeri yang mayoritas muslim, bangsa Jepang punya kebiasaan untuk tidak bergantung kepada bangsa lain.Ini pengalaman saya sendiri waktu berangkat ke Jepang. Kebetulan charger hp saya tertinggal di Jakarta, dan itu saya sadari ketika sudah masuk ruang tunggu bandara. Saya berpikir, alah gampang, nanti saja di Tokyo saya beli yang baru atau pinjam teman. Toh hp saya bermerk Sony Ericsson, Sony kan merk Jepang.
Masak sih tidak ada yang jual, begitu pikir saya.Ternyata saya salah besar. Di Jepang bukan hanya tidak dijual chargernya, bahkan hp yang semerk dengan milik saya pun tidak dijual. Dari belasan toko elektronik yang saya masuki, semua menggeleng dan
bilang, hp seperti itu belum pernah dia lihat seumur hidupnya. Rupanya bangsa Jepang punya hp sendiri, yang tidak ada di negara lain.
Mereka bikin sendiri dan hanya bisa dipakai di Jepang saja. Merk-merk hp terkenal seperti yang ada di negeri kita, justru tidak dikenal di Jepang.Colokan listrik Jepang pun beda dengan yang umumnya berlaku di berbagai negara.
Bentuknya pipih berbentuk lempengan, alat-alat elektronik yang kita punya sudah pasti tidak bisa dicolok disana, kecuali bila kita beli adapter.Tegangan listriknya saja `aneh` dalam pandangan saya. Dimana-mana kan seharusnya 220 volt. Ternyata di Jepang
cuma 110 volt.Teman-teman panitia yang mengundang saya di Jepang berkomentar,`Ustadz, orang Jepang itu merasa Jepang adalah pusat dunia.
Mereka merasa tidak butuh dengan negara lain. Jadi mereka ciptakan teknologi sesuai dengan selera mereka saja'Membangun Peradaban Mengalahkan AmerikaDari semua hal di atas, yang paling mengesankan saya sendiri adalah balas dendam dan perlawanan bangsa Jepang terhadap gempuran Amerika dilakukan bukan dengan menumpahkan darah.Barangkali bangsa Jepang sudah belajar cukup banyak tentang makna kemanusiaan, walau pun bangsa Jepang tidak mengenal agama. Bahkan di Jepang tidak ada hari libur keagamaan.
Bandingkan dengan kita bangsa-bangsa muslim yang sepanjang tahun semarak dengan berbagai perayaan hari besar agama, tetapi rajin berbunuhan sepanjang tahun.Iraq, Palestina, Afghanistan, Pakistan adalah contoh dari sekian banyak negeri yang harga nyawa manusia terasa sedemikian murah.
Harta benda milik manusia sama sekali tidak ada jaminan keamananya, karena setiap saat bisa saja dicuri, dirampok, dikorupsi oleh pejabatnya, digelapkan bahkan dijarah. Lepas dari siapa pelaku dan pihak yang salah, tetapi gambaran tentang peradaban Islam yang aman, sesuai dengan akar kata `islam`, rasanya masih jauh di alam mimpi.
Kita tidak bisa dengan mudah menemukannya di negeri-negeri muslim.Seandainya bangsa-bangsa muslim membangun teknologi yang unggul, tidak mengandalkan kepada bangsa lain, saya yakin Amerika pun akan hormat kepada kita. Saya tahu persis bahwa mahasiswa Indonesia di luar negeri cukup banyak yang sudah menguasai berbagai teknologi.
Bahkan bikin reaktor nuklir pun bisa dilakukan dengan mudah. Ilmunya sudah dikuasai, tapi good will dari pemerintahnya yang tidak ada.Apalagi bila kita mampu menguasai dan mengolah sendiri kekayaan alam yang berlimpah, tidak digadaikan buat kepentingan bangsa lain, maka Amerika pasti semakin takut dengan kita.
Tapi sekali lagi, niat baik dari para pemimpin yang langka.Dan yang lebih fantastis lagi, seandainya bangsa-bangsa muslim di dunia ini mengakhiri pertikaian di tengah mereka, lalu bersatu menjalin kekuatan bersama, saya tambah yakin kalau Amerika tidak akan bisa jualan senjata.
Industri persenjataan Amerika itu bisa untung besar, selama negeri-negeri Islam sibuk berperang. Artinya, perang adalah ladang penghidupan buat Amerika. Jadi kita ini sebenarnya tidak perlu boikot makanan Amerika.
Cukup hentikan perang, insya Allah industri senjata Amerika akan gulung tikar. Dan rasanya aneh, mosok kita perang lawan Amerika, tapi pakai M-16? Mosok kita perang melawan Israel tapi pakai Uzi? Kalau pun nanti kita berjhad fisik suatu hari, sebaiknya senjata yang kita pakai bukan M-16 atau AK47, tetapi merknya Paijo 77, Paimin 85, Tugiran 2000 atau Wakijan 21.
Maksudnya, kita pakai senjata yang kita bangun sendiri industrinya. Tulisan saya ini bukan berarti membesar- besarkan Jepang yang pernah menjajah kita 3,5 tahun dan memperkosa wanita-wanita kita (Jugun Ianfu).
Tapi sekedar mengambil pelajaran. Biar bagaimana pun Jepang pasti punya kekurangan dan kelemahan juga. Semoga Allah SWT membuka hati-hati kita dan meneranginya dengan cahaya-Nya yang tidak pernah padam, agar kita semua dapat mengambil pelajaran berharga. Maka ambillah untuk menjadi pelajaran, hai orang-orang yang mempunyai wawasan. (QS. Al-Hasyr : 2) ust Ahmad Sarwat
"Akan datang suatu zaman manusia dimana cita-cita mereka untuk kepentingan perut mereka, kemuliaan mereka dilihat dari atribut perhiasan mereka, kiblat mereka adalah perempuan yang molek dan agama mereka adalah uang dan harta benda, mereka itulah seburuk-buruknya generasi. Dan tidak ada kebaikan disisi Allah.' (HR. ad-Dailami)"
> dari FB teman saya : koruptor kasih ke saudi aja biar di pancung :P
Satu lagi yang bagus dari Pa Agus Nizami,
@ Hukum Pancung (Qishash) untuk Pembunuh dan Pemerkosa @
Assalamu'alaikum wr wb,
"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh..." [Al Baqarah 178]
Mungkin kita lupa jika hukum pancung itu cuma dikenakan bagi pembunuh. Jika tidak ingin dipancung, jangan membunuh. Ini memang beda dgn Indonesia di mana orang jika membunuh paling 2-3 tahun sudah keluar dari penjara dan bisa membunuh lagi.
Demikian pula pemerkosa. Jika menurut hukum Islam para pemerkosa dihukum mati sehingga tidak bisa memperkosa lagi, di negara-negara yang memakai hukum buatan manusia / warisan penjajahnya yang kafir tidak begitu. Para pemerkosa paling hukumannya cuma 6 bulan penjara. Setelah itu bebas memperkosa lagi.
Mungkin kita beranggapan hukum Qishaash itu kejam/sadis. Memang kejam/sadis bagi pembunuh/pemerkosa. Jadi jika tidak ingin kena hukum Qishaash, caranya gampang. Jangan membunuh dan jangan memperkosa. Jadi hidup lebih aman. Orang-orang yang tidak berdosa terhindar dari kekejaman para pembunuh dan pemerkosa:
"Dan dalam qishaash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa." [Al Baqarah 179]
Ternyata dengan hukum Islam yang keras terhadap penjahat, para penjahat jadi takut berbuat jahat sehingga masyarakat jadi aman. Menurut Data INTERPOL, angka pembunuhan di AS adalah 5,51 dalam 100.000 penduduk. Sementara Jepang 1,1 dan Saudi Arabia yang memakai hukum pancung hanya 0,71. Itu pun sebagian pembunuh berasal dari luar negeri seperti TKI Indonesia yang kurang paham kalau hukuman membunuh adalah dipancung.
Angka perkosaan di AS 32,05, Jepang 1,78, dan Saudi 0,14 per 100.000 penduduk. Sementara angka perampokan di AS 144,92, Jepang 4,08, dan Saudi 0,14. Bahkan untuk penganiayaan berat di mana korban selain luka juga bisa cacat fisik, angkanya jauh berbeda. Di AS 323,62, Jepang 23,78, sementara di Saudi Arabia hanya 0,12.
Jelas bahwa Hukum Allah jauh lebih baik daripada hukum jahiliyyah buatan manusia Yahudi dan Nasrani atau pun yang lainnya:
„Apakah hukum Jahiliah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?" [Al Maa-idah:50]
Hukum Allah berhasil mengurangi angka kejahatan. Sementara hukum penjara buatan manusia, selain merampas dana untuk fakir miskin guna pembangunan penjara, makanan bagi para penjahat, serta gaji para penjaganya, juga menimbulkan kejahatan lainnya. Homoseksualitas karena suami dipisah dari istrinya, peredaran narkoba, dan juga kejahatan terorganisir/mafia marak terbentuk dari penjara.
Janganlah kita mengikuti hukum buatan kaum Yahudi dan Nasrani dan meninggalkan hukum Allah. Jika begitu, niscaya kita jadi orang yang zhalim dan dimurkai Allah:
"Dan hendaklah orang-orang pengikut Injil, memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah didalamnya. Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik" [Al Maa-idah 47]
"...Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka itulah orang-orang yang zalim." [Al Baqarah 229]
"dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan mushibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik." [Al Maa-idah 49]
Cuma memang hukum Islam harus ditegakkan secara adil dan tidak pandang bulu. Setiap orang, entah itu kaya atau miskin, jauh atau dekat, bahkan jika anak kita sendiri pun harus dihukum jika mereka salah.
Seorang wanita di jaman Rasulullah Saw sesudah fathu Mekah telah mencuri. Lalu Rasulullah memerintahkan agar tangan wanita itu dipotong. Usamah bin Zaid menemui Rasulullah untuk meminta keringanan hukuman bagi wanita tersebut. Mendengar penuturan Usamah, wajah Rasulullah langsung berubah. Beliau lalu bersabda : "Apakah kamu akan minta pertolongan untuk melanggar hukum-hukum Allah Azza Wajalla?" Usamah lalu menjawab, "Mohonkan ampunan Allah untukku, ya Rasulullah."
Pada sore harinya Nabi Saw berkhotbah setelah terlebih dulu memuji dan bersyukur kepada Allah. Inilah sabdanya : "Amma ba'du. Orang-orang sebelum kamu telah binasa disebabkan bila seorang bangsawan mencuri dibiarkan (tidak dihukum), tetapi jika yang mencuri seorang yang miskin maka dia ditindak dengan hukuman. Demi yang jiwaku dalam genggamanNya. Apabila Fatimah anak Muhammad mencuri maka aku pun akan memotong tangannya." Setelah bersabda begitu beliau pun kembali menyuruh memotong tangan wanita yang mencuri itu. (HR. Bukhari)
http://media-islam.or.id/2011/06/22/hukum-pancung-qishash-untuk-pembunuh-dan-pemerkosa/
Referensi:
http://www-rohan.sdsu.edu/faculty/rwinslow/asia_pacific/saudi_arabia.html
CRIME AND SOCIETY
INCIDENCE OF CRIME
The crime rate in Saudi Arabia is very low compared to more industrialized countries. An analysis was done using INTERPOL data for Saudi Arabia. For purpose of comparison, data were drawn for the seven offenses used to compute the United States FBI's index of crime. Index offenses include murder, forcible rape, robbery, aggravated assault, burglary, larceny, and motor vehicle theft. The combined total of these offenses constitutes the Index used for trend calculation purposes. Saudi Arabia will be compared with Japan (country with a low crime rate) and USA (country with a high crime rate). According to the INTERPOL data, for murder, the rate in 2000 was 0.71 per 100,000 population for Saudi Arabia, 1.10 for Japan, and 5.51 for USA. For rape, the rate in 2000 was 0.14 for Saudi Arabia, compared with 1.78 for Japan and 32.05 for USA. For robbery, the rate in 2000 was 0.14 for Saudi Arabia, 4.08 for Japan, and 144.92 for USA. For aggravated assault, the
rate in 2000 was 0.12 for Saudi Arabia, 23.78 for Japan, and 323.62 for USA. For burglary, the rate in 2000 was 0.05 for Saudi Arabia, 233.60 for Japan, and 728.42 for USA. The rate of larceny for 2000 was 79.71 for Saudi Arabia, 1401.26 for Japan, and 2475.27 for USA. The rate for motor vehicle theft in 2000 was 76.25 for Saudi Arabia, compared with 44.28 for Japan and 414.17 for USA. The rate for all index offenses combined was 157.12 for Saudi Arabia, compared with 1709.88 for Japan and 4123.97 for USA.
Akhir zaman semoga bukan akhir dari Iman ...
Tanpa di sadari dan di kuasai, masyarkat tidak beranjak ke arah yang lebih baik di akhir zaman ini
>> dasar anak babu ! terdengar saat saya hendak sholat Isya di mushola , mirisnya perkataan itu keluar dari bocah perempuan yang belum genap 7 tahun ketika menghardik temannya ….
Mau tidak mau, warna pada anak2 selain dari pada orang tua, pasti ada warna lain dari masyarakatnya.
Suka tidak suka , kita dan anak kita adalah mahkluk sosial yang tak akan lepas dari pergaulan sehari-hari
Otak anak bagaikan spons yang menyerap segala sesuatu dari tiap panca inderanya, belum bisa membedakan benar/ salah,
Ataupun jika sudah bisa membedakan benar/ salah pasti ada kalanya mereka melakukan pembenaran atas kesalahan-kesalahan yang dilakukannya.
Buat para ayah seperti saya, tanyakan berapa lama anda berinteraksi dengan anak2 nya ?
Dalam 24 jam "daily" bisa di hitung berapa jam waktu anda untuk anak2 anda ?
coba misal kasus :
kerja + perjalanan : 12 jam; makan : 1 jam; tidur : 7 jam; tv : 3 jam ; Sisa : 1 jam?
Apakah waktu sisa ini sudah pasti untuk anak2 anda ? silahkan di jawab
so jangan kaget pemandangan sekarang anak2 liar dengan motor orangtuanya, pacaran, free seks, nongkrong, narkoba, dll. Karena mereka sudah terbentuk dengan sendirinya oleh lingkungan sehari-hari.
Kan ada ibunya ?? kalo Ibu nya juga kerja bagaimana ?! atau tanya juga pada ibunya 24jam di gunakan untuk apa saja, di hitung kembali ....
Seolah anak hanya perlu uang & biarkan sekolah yang mendidik, padahal mereka adalah buah hati kita yg di titipkan agar di didik , sayangi, perhatikan, dan jaga dari hal2 buruk sekuat tenaga usaha dan keringat.
Sayangnya kita sering marah atau malas jika anak2 meminta hal tersebut di atas , dengan berbagai alasan cape, nanti dulu, dsb....
Akhir zaman bukan akhir dari Iman ...
>> Sudah Murtadkah Hanung dari Islam ???
ketika akal manusia yang terbatas menjadi Tuhan liar yang Sombong ....
Catatan Akhir Pekan ke-306
Oleh: Dr. Adian Husaini
(Ketua Program Studi Pendidikan Islam—
Program Pasca Sarjana Universitas Ibn Khaldun Bogor)
FILM "?": APA MAUNYA?
Catatan Kritis Seorang Muslim
.--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
"Soal akidah, di antara Tauhid Mengesakan Allah, sekali-kali tidaklah dapat dikompromikan atau dicampur-adukkan dengan syirik. Tauhid kalau telah didamaikan dengan syirik, artinya ialah kemenangan syirik." (Prof. Hamka, dalam Tafsir al-Azhar).
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Perlu digarisbawahi, saat menonton film "?" (Tanda Tanya) pada tayangan perdana, 6 April 2011 lalu, saya adalah seorang Muslim. Saat memberikan komentar dan memberikan catatan kritis ini, saya juga tetap Muslim, dan saya menggunakan perspektif Islam dalam menganalisis film "?". Sebagai Muslim, saya telah berikrar: Tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah.
Dengan syahadat Islam itu, saya bersaksi, saya mengakui, bahwa Tuhan saya adalah Allah. Tuhan saya bukan Yahweh, bukan Yesus, bukan Syiwa. Tuhan saya Satu. Tuhan saya tidak beranak dan tidak diperanakkan. Saya mengenal nama dan sifat Allah bukan dari budaya, bukan dari hasil konsensus, tapi dari al-Quran yang saya yakini sebagai wahyu dari Allah kepada Nabi Muhammad saw. Karena itu, sejak dulu, dan sampai kiamat, saya dan semua orang Muslim memanggil Tuhan dengan nama yang sama, Allah, yang jelas-jelas berasal dari wahyu.
Sebagai Muslim, saya yakin, bahwa Nabi Muhammad saw diutus oleh Allah sebagai nabi terakhir. Sebagaimana para nabi sebelumnya – seperti Nabi Musa dan Nabi Isa a.s. – inti ajaran Nabi Muhammad saw adalah Tauhid, yaitu mensatukan Allah. Nabi Muhammad saw diutus untuk seluruh manusia (QS 34:28), bukan hanya untuk bangsa atau kurun tertentu.
Itu artinya, kebenaran Islam, bukan hanya berlaku untuk orang Islam, tetapi berlaku untuk semua manusia. Syariat Nabi Muhammad saw saat ini adalah satu-satunya syariat yang sah untuk seluruh manusia. Cara beribadah kepada Allah – satu-satunya – yang sah hanyalah dengan syariat Nabi Muhammad saw. Jalan yang sah menuju Tuhan hanyalah jalan yang dibawa Nabi Muhammad saw.
Akal saya tidak bisa menerima satu logika, yang menyatakan, bahwa Allah telah menurunkan Nabi-Nya yang terakhir, dan kemudian Allah SWT membebaskan manusia untuk memanggil nama-Nya dengan nama apa pun, sesuai dengan selera manusia. Juga, tidak masuk di akal saya, pendapat yang menyatakan, bahwa Allah SWT membebaskan manusia untuk menyembah-Nya dengan cara apa pun, sesuai dengan kreativitas akal dan hasrat nafsu manusia.
Saya yakin, sesuai QS 3:19 dan 3:85, bahwa Allah hanya menurunkan satu agama untuk seluruh Nabi-Nya, yakni agama yang mengajarkan Tauhid (QS 16:36). Jika satu agama tidak mengajarkan Tauhid, pasti bukan agama yang diturunkan Allah untuk para Nabinya; dan pasti merupakan agama budaya (cultural religion).
Itu keyakinan saya sebagai Muslim. Dan itu konsekuensi logis dari syahadat yang saya ikrarkan!
*****
Alkisah, Rika, seorang istri yang kecewa terhadap suami. Rika memutuskan pindah agama, dari Islam menjadi Katolik. Ia berujar, bahwa kepindahan agamanya bukan berarti mengkhianati Tuhan. Meskipun Katolik, Rika sangat toleran. Anaknya , – masih kecil, bernama Abi –dibiarkannya tetap Muslim. Bahkan, ia mengantarjemput anaknya ke masjid, belajar mengaji al-Quran. Di bulan puasa, dia temani dan dia ajar Abi berdoa makan sahur.
Di Film "?" (Tanda Tanya), Rika ditampilkan sebagai sosok ideal: murtad dari Islam, tapi toleran dan suka kerukunan. Pada segmen lain, secara verbatim Rika mengatakan, BAHWA agama-agama ibarat jalan setapak yang berbeda-beda tetapi menuju tujuan yang sama, yaitu Tuhan. Kata Rika mengutip ungkapan sebuah buku, "… semua jalan setapak itu berbeda-beda, namun menuju ke arah yang sama; mencari satu hal yang sama dengan satu tujuan yang sama, yaitu Tuhan."
Mulanya, kemurtadan Rika tidak direstui ibunya. Anaknya yang Muslim pun awalnya menggugat. Tapi, di ujung film, Rika sudah diterima sebagai "orang murtad" dari Islam. Bahkan, ada juga yang memujinya telah mengambil langkah besar dalam hidupnya.
Kisah dan sosok Rika cukup mendominasi alur cerita dalam film "?" garapan Hanung Bramantyo ini. Rika tidak dipersoalkan kemurtadannya. Padahal, dalam pandangan Islam, murtad adalah kesalahan besar. Saat duduk di bangku SMP, saya sudah menamatkan satu Kitab berjudul Sullamut Tawfiq karya Syaikh Abdullah bin Husain bin Thahir bin Muhammad bin Hasyim. Kitab ini termasuk yang mendapatkan perhatian serius dari Imam Nawawi al-Bantani, sehingga beliau memberikan syarah atas kitab yang biasanya dipasangkan dengan Kitab Safinatun Najah.
Dalam kitab inilah, sebenarnya umat Islam diingatkan agar menjaga Islamnya dari hal-hal yang membatalkannya, yakni murtad (riddah). Dijelaskan juga dalam kitab ini, bahwa ada tiga jenis riddah, yaitu murtad dengan I'tiqad, murtad dengan lisan, dan murtad dengan perbuatan. Contoh murtad dari segi I'tiqad, misalnya, ragu-ragu terhadap wujud Allah, atau ragu terhadap kenabian Muhammad saw, atau ragu terhadap al-Quran, atau ragu terhadap Hari Akhir, sorga, neraka, pahala, siksa, dan sejenisnya.
Masalah kemurtadan ini senantiasa mendapatkan perhatian serius dari setiap Muslim, sebab ini sudah menyangkut aspek yang sangat mendasar dalam pandangan Islam, yaitu masalah iman. Dalam pandangan Islam, murtad (batalnya keimanan) seseorang, bukanlah hal yang kecil. Jika iman batal, maka hilanglah pondasi keislamannya. Banyak ayat al-Quran yang menyebutkan bahaya dan resiko pemurtadan bagi seorang Muslim.
"Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, Maka mereka Itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka Itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya." (QS 2:217).
"Dan orang-orang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu Dia tidak mendapatinya sesuatu apapun. dan didapatinya (ketetapan) Allah disisinya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah adalah sangat cepat perhitungan-Nya."(QS 24:39).
Jadi, riddah/kemurtadan adalah masalah besar dalam pandangan Islam. Entahlah dimata kaum Pluralis! Tindakan murtad bukan untuk dipertontonkan dan dibangga-banggakan! Dalam perspektif Islam, patutkah seorang bangga dengan kekafirannya?
*****
Masih menyorot sosok Rika dalam film "?". Rika pindah agama, dari Islam menjadi Katolik. Dalam konsepsi Islam, Rika bisa dikatakan telah melakukan dosa syirik, karena mengakui Yesus sebagai Tuhan atau salah satu Oknum dalam Trinitas. Padahal, dalam al-Quran Nabi Isa a.s. jelas-jelas menegaskan dirinya sebagai Rasul Allah. Nabi Isa adalah manusia, dan bukan Tuhan, atau anak Tuhan. Ini pandangan Islam. Tentu, ini bukan pandangan Kristen.
Dalam perspektif Islam, menurunkan derajat al-Khaliq ke derajat makhluk adalah tindakan tidak beradab. Begitu juga sebaliknya, menaikkan derajat makhluk ke derajat al-Khaliq juga tidak beradab. Itu musyrik namanya. Seorang presiden saja tidak mau disamakan dengan rakyat biasa. Jika lewat, dia minta diistimewakan. Kita diminta minggir. Binatang juga dibeda-bedakan tempat atau kandangnya. Adab -- dalam konsepsi Islam -- mewajibkan seorang Muslim meletakkan segala sesuatu sesuai dengan harkat dan martabat yang sebenarnya, sesuai ketentuan Allah. Nabi Isa a.s. adalah utusan Allah. Tugasnya menyampaikan kepada Bani Israel, siapa Tuhan yang sebenarnya, dan bagaimana cara menyembah-Nya. Nabi Isa a.s. melanjutkan syariat Nabi Musa a.s.
Menuduh Allah mempunyai anak – menurut al-Quran – adalah sebuah kesalahan yang sangat serius. "Dan mereka berkata: "Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak. Sesungguhnya kamu telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar, hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu dan bumi terbelah dan gunung-gunung runtuh, karena mereka menuduh Allah Yang Maha Pemurah mempunyai anak." (QS 19: 88-91).
Islam memandang keimanan sebagai hal terpenting dan mendasar dalam kehidupan. Iman akan dibawa mati. Iman lebih dari soal suku, bangsa, bahkan hubungan darah. Iman bukan "baju", yang bisa ditukar dan dilepas kapan saja si empunya suka. Iman juga tidak patut diperjualbelikan: ditukar dengan godaan-godaan duniawi. Ada perbedaan prinsip antara mukmin dan kafir. "Sesungguhnya orang-orang kafir yakni ahli kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya." (QS 98:6).
Demi mempertahankan iman, Nabi Ibrahim a.s. rela berpisah dengan ayah dan kaumnya. Melihat tradisi penyembahan berhala pada keluarga dan kaumnya, Ibrahim a.s. tidak berpikir sebagai seorang Pluralis yang menyatakan, bahwa semua agama menyembah Tuhan yang sama, dan punya tujuan yang sama. Tapi, Nabi Ibrahim berdiri kokoh pada prinsip Tauhid, mengajak kaumnya untuk meningalkan tradisi syirik.
"Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata kepada ayahnya, Azar, pantaskah engkau menjadikan berhala-berhala ini sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat engkau dan kaum engkau dalam kesesatan yang nyata." (QS 6:74).
"Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, jadikan negeri ini (Makkah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku dan anak cucuku dari menyembah berhala-berhala. Ya Tuhanku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan dari manusia, maka barangsiapa yang mengikutiku, maka sesungguhnya orang itu termasuk golonganku, dan barangsiapa yang mendurhakai aku, maka sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS 14:35-36)
"Ibrahim bukanlah Yahudi atau Nasrani, tetapi dia adalah seorang yang hanif dan Muslim, dan dia bukanlah orang musyrik."(QS 3:67).
Dan kini, dalam setiap shalat, kaum Muslim membacakan doa untuk Nabi Muhammad saw dan sekaligus dirangkaikan dengan doa untuk Nabi Ibrahim a.s. Itu tentu karena kegigihan Nabi Ibrahim dalam menegakkan ajaran Tauhid dan bukan karena Nabi Ibrahim seorang musyrik!
Maka, sebagai Muslim, saya tentu boleh merasa heran, dan penuh Tanda Tanya, mengapa dalam film "?" -- yang diproduksi dan digarap seorang yang beragama Islam -- soal ganti agama, soal keluar dari Islam, soal pergantian mukmin menjadi kafir, dianggap perkara kecil dan remeh?
*****
Syahdan, para pemikir ateis, seperti Karl Marx, Friedrich Nietzsche, Sigmund Freud, Jean Paul Sartre dan sejenisnya, terkenal dengan gagasan-gagasan yang memandang agama dan Tuhan sudah tidak diperlukan lagi di era zaman modern ini. Mereka beramai-ramai mempermainkan Tuhan. Jean-Paul Sartre (1905-1980) menyatakan: "even if God existed, it will still necessary to reject him, since the idea of God negates our freedom." (Karem Armstrong, History of God, 1993). Thomas J. Altizer, dalam "The Gospel of Christian Atheism" (1966) menyatakan: "Only by accepting and even willing the death of God in our experience can we be liberated from slavery…" (Karen Armstrong, History of God)
Friedrich Nietzsche, dalam karyanya, Also Sprach Zarathustra, mengungkap gagasan bahwa "Tuhan sudah mati". Karena Tuhan sudah mati, dan tidak diperlukan lagi, Nietzsche berpendapat, "Kepercayaan adalah musuh yang lebih berbahaya bagi kebenaran, dibanding kebohongam." Nietzsche ingin bebas dari segala aturan moral, ingin bebas dari Tuhan. Ujungnya, pada 25 Agustus 1900, ia mati setelah menderita kelainan jiwa dan penyakit kelamin. (Lihat, B.E. Matindas, Meruntuhkan Benteng Ateisme Modern, 2010).
Jika direnungkan secara serius, Pluralisme Agama sejatinya bisa begitu dekat dengan ateisme. Ketika orang menyatakan, "semua agama benar", sejatinya bersemayam juga satu ide dalam dirinya, bahwa "semua agama salah". Sebab, "Tuhan" (God), yang dipersepsikan kaum Pluralis adalah Tuhan yang abstrak. Tuhan kaum Pluralis adalah Tuhan dalam angan-angan, yang boleh diberi nama siapa saja, diberi sifat apa saja, dan cara menyembahnya pun boleh suka-suka. Kapan suka disembah, kapan-kapan tidak suka, bisa diganti dengan Tuhan lain. Cara menyembah Tuhan, menurut mereka, juga sesuka selera manusia. Bosan dengan cara satu, bisa diganti dengan cara lain. Sebab, dalam konsep mereka, tidak ada satu cara yang pasti benar dalam ibadah, sesuai petunjuk seorang Nabi.
Tuhan dalam Islam mengharamkan babi. Pada saat yang sama, Tuhan dalam agama Kristen menghalalkan babi. Tuhan, dalam agama Bhairawa Tantra, memerintahkan agar menyembelih wanita dan darahnya kemudian diminum bersama-sama. Tuhan dalam agamaChildren of God menganjurkan seks bebas, sebagai wujud rasa kasih sayang antar-sesama manusia. Kini, di daratan Amerika dan Eropa bermunculan gereja-gereja nudis. Baik pendeta maupun jemaatnya, semuanya telanjang bulat saat melakukan kebaktian. Jika semua jenis "Tuhan" itu diangga sama saja, maka "Tuhan" yang mana yang disembah kaum Pluralis?
Jadi, saat seorang yang mengaku Pluralis berkata, "Semua agama menyembah Tuhan yang sama", maka secara hakiki, dia telah berdiri di luar Islam. Sebab, dia tidak lagi menuhankan Allah. "Tuhan", baginya, bisa siapa saja, berupa apa saja, dan berwujud apa saja. Bisa disebut Yehweh, bisa Allah, bisa Yesus, bisa Brahmin, dan bisa juga Iblis! Yang penting dikatakan "Tuhan", yang penting God! Padahal, seorang Muslim sudah mengikrarkan syahadat: "Tidak ada Tuhan selain Allah".
Meskipun menyebut Tuhan mereka dengan "Allah", tetapi kaum Quraisy ketika itu dikatakan sebagai "musyrik", sebab mereka menyekutukan Allah dengan Tuhan-tuhan lain. Allah hanyalah salah satu dari Tuhan-tuhan mereka; bukan Tuhan satu-satunya. Sebutan bisa sama, yakni "Allah", tetapi konsepnya berbeda-beda. Sebagian besar kaum Kristen di Indonesia menyebut juga Tuhan mereka dengan sebutan "Allah", tetapi konsepnya berbeda dengan "Allah" dalam Islam.
Lain lagi dengan aliran "Darmogandul" di Tanah Jawa, yang mengartikan Allah dengan "ala" (bahasa Jawa, artinya jelek). Dalam salah satu bait Pangkur-nya, Kitab Darmogandul, menyatakan: "Akan tetapi bangsa Islam, jika diperlakukan dengan baik, mereka membalas jahat. Ini adalah sesuai dengan zikir mereka. Mereka menyebut nama Allah, memang Ala (jahat) hati orang Islam. Mereka halus dalam lahirnya saja, dalam hakekatnya mereka itu terasa pahit dan masin."
Jadi, Tuhan yang mana yang disembah kaum Pluralis? Jika Tuhan apa pun sama saja, lalu apa artinya Tuhan bagi mereka? Ujung-ujungnya bisa jadi: Tuhan tidak penting! Sebab, dalam pandangan kaum ini, Tuhan yang sejati (Allah), atau manusia, atau setan dianggap sama saja. Semua bisa menjadi Tuhan dan dituhankan. Ujung-ujungnya, Tuhan dianggap tidak penting. Bandingkan dengan sosok Sigmund Freud, psikolog dan salah satu perintis ateisme modern, yang berteori bahwa "Bertuhan, hanyalah wujud gejala penyakit jiwa infantilisme (penyakit kekanak-kanakan). (B.E. Matindas, ibid).
Ketidakjelasan posisi teologis kaum Pluralis Agama, digambarkan oleh Dr. Stevri Lumintang, seorang pendeta Kristen di Malang, dalam bukunya, Theologia Abu-Abu: Tantangan dan Ancaman Racun Pluralisme dalam Teologi Kristen Masa Kini, (Malang: Gandum Mas, 2004).
Dicatat dalam ilustrasi sampul buku ini, bahwa Teologi Abu-Abu adalah posisi teologi kaum pluralis ; bahwa teologi ini sedang meracuni, baik agama Kristen, maupun semua agama, dengan cara mencabut dan membuang semua unsur-unsur absolut yang diklaim oleh masing-masing agama. Ditegaskan dalam buku ini: `'Inti Teologi Abu-Abu (Pluralisme) merupakan penyangkalan terhadap intisari atau jatidiri semua agama yang ada. Karena, perjuangan mereka membangun Teologi Abu-Abu atau teologi agama-agama, harus dimulai dari usaha untuk menghancurkan batu sandungan yang menghalangi perwujudan teologi mereka. Batu sandungan utama yang harus mereka hancurkan atau paling tidak yang harus digulingkan ialah klaim kabsolutan dan kefinalitas(an) kebenaran yang ada di masing-masing agama.''
*****
Sosok lain yang secara dominan ditampilkan dalam Film "?" adalah seorang bernama Surya. Ia seorang laki-laki Muslim, berprofesi sebagai aktor figuran. Dia berteman dengan Rika. Karena miskin, ia terusir dari rumah kosnya. Lihatlah, dalam film ini, Ibu Kos yang "bakhil" itu ditampilkan dalam sosok berjilbab, dan mengajari anak Rika agar membaca buku-buku Islam!
Surya memuji-muji Rika telah melakukan sesuatu yang berarti dalam hidupnya. Mereka berkawan akrab. Surya ditampilkan sebagai sosok yang polos, kocak dan naif. Untuk uang, dan mungkin untuk mempertontonkan fenomena "kerukunan umat beragama", Surya menerima tawaran Rika agar berperan sebagai Yesus. Ia rela beradegan – seolah-olah -- dipaku di tiang salib di sebuah Gereja Katolik saat perayaan Paskah. Pada kali lain, ia berperan sebagai Santa Claus. Sebagian jemaat Gereja sempat memprotes sosok Yesus diperankan seorang Muslim. Terjadi perdebatan. Muncul Pastor yang menyetujui penunjukan Surya sebagai tokoh Yesus.
Seperti halnya Rika, tampaknya sosok Surya ditampilkan sebagai representasi fenomena toleransi dan "kerukunan". Setelah merelakan dirinya berperan sebagai Yesus, Surya kembali ke masjid membaca surat al-Ikhlas, sebuah surat dalam al-Quran yang menegaskan kemurnian Tauhid. "Katakan, Allah itu satu. Allah tempat meminta. Allah tidak beranak dan diperanakkan. Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya." Allah itu satu! Allah tidak punya anak! Ini gambaran dalam Film "?" karya Hanung ini.
Padahal, surat al-Ikhlas seperti mengoreksi doktrin pokok dalam agama Kristen, yang dirumuskan sekitar 300 tahun sebelumnya, di Konsili Nicea (325 M), sebagaimana disebutkan dalam Nicene Creed: "Kami percaya pada satu Allah, Bapa Yang Mahakuasa, Pencipta segala yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan. Dan pada satu Tuhan Yesus Kristus, Putra Allah, Putra Tunggal yang dikandung dari Allah, yang berasal dari hakikat Bapa, Allah dari Allah, terang dari terang, Allah benar dari Allah Benar, dilahirkan tetapi tidak diciptakan, sehakikat dengan Bapa…" (Norman P. Tanner, Konsili-konsili Gereja).
Padahal, al-Quran sudah menjelaskan: "Dan ingatlah ketika Isa Ibn Maryam berkata, wahai Bani Israil sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada kalian, yang membenarkan apa yang ada padaku, yaitu Taurat, dan menyampaikan kabar gembira akan datangnya seorang Rasul yang bernama Ahmad (Muhammad)." (QS 61:6). Dalam al-Quran, ada cerita Lukmanul Hakim yang menesehati anaknya: "Syirik adalah kezaliman besar." (QS 31:13).
Beratus tahun, sejak kelahirannya, Islam membuktikan sebagai agama yang sangat toleran. Sejak awal, Islam mengakui dan menghargai perbedaan, tanpa harus kehilangan keyakinan. Saat Nabi Muhammad s.a.w. diutus, di wilayah Timur Tengah, sudah eksis pemeluk Yahudi, Kristen, dan kaum musyrik Arab. Nabi Muhammad s.a.w. mengajak mereka untuk memeluk Islam, mengakui Allah satu-satunya Tuhan dan dirinya adalah utusan Allah. Nabi tidak menyatakan, "Semua agama sama-sama jalan yang sah menuju Tuhan!" Bahkan, ada perintah al-Quran dalam surat al-Kafirun (109): "Katakan, hai orang-orang kafir, aku tidak menyembah apa yang kamu sembah! Dan tidak pula kamu menyembah apa yang aku sembah! Dan aku bukanlah penyembah sebagaimana kamu menyembah! Dan kamu bukanlah pula penyembah sebagaimana aku menyembah!"
Dalam Tafsirnya, Al-Azhar, Prof. Hamka menjelaskan, asbabun nuzul surat al-Kafirun ini berkaitan dengan tawaran damai empat tokoh kafir Quraisy yang resah dengan dakwah Tauhid Nabi Muhammad saw. Mereka adalah al-Walid bin al-Mughirah, al-Ash bin Wail, al-Aswad bin al-Muthalib dan Umaiyah bin Khalaf. Mereka mengajukan usulan: "Ya Muhammad! Mari kita berdamai. Kami bersedia menyembah apa yang engkau sembah, tetapi engkau pun hendaknya bersedia pula menyembah yang kami sembah…."
Buya Hamka mencatat: "Soal akidah, diantara Tauhid Mengesakan Allah, sekali-kali tidaklah dapat dikompromikan atau dicampur-adukkan dengan syirik. Tauhid kalau telah didamaikan dengan syirik, artinya ialah kemenangan syirik."
Lebih jauh Buya Hamka menjelaskan: "Surat ini memberi pedoman yang tegas bagi kita pengikut Nabi Muhammad bahwasanya akidah tidaklah dapat diperdamaikan. Tauhid dan syirik tak dapat dipertemukan. Kalau yang haq hendak dipersatukan dengan yang batil, maka yang batil jualah yang menang."
Itulah paparan Buya Hamka, ulama terkenal dan salah satu Pahlawan Nasional di Indonesia. Kita bisa menyimpulkan, jika ada yang menyatakan, bahwa "semua agama adalah jalan kebenaran", saat itu dikepalanya telah hilang konsep iman dan kufur, konsep tauhid dan syirik. Baginya, tiada penting lagi, apakah seorang bertauhid atau musyrik; tak perlu dipersoalkan makan babi atau ayam, minum khamr atau jus kurma; tidak penting lagi berjilbab atau telanjang; tiada beda antara nikah atau zina; yang penting – katanya – adalah mengasihi sesama manusia. Saat itu, sejatinya, agama-agama sudah tidak ada; sudah diganti dengan SATU AGAMA: "agama global", "agama universal", "agama kemanusiaan", atau "agama cinta".
Persaudaraan global antar-sesama tanpa memandang agama menjadi misi terpenting dari kelompok lintas-agama semacam Theosofi dan Freemason. Ketua Theosofische Vereeniging Hindia Belanda, D. Van Hinloopen Labberton pada majalah Teosofi bulan Desember 1912 menulis: "Kemajuan manusia itu dengan atau tidak dengan agama? Saya kira bila beragama tanpa alasan, dan bila beragama tidak dengan pengetahuan agama yang sejati, mustahil bisa maju batinnya. Tidak usah peduli agama apa yang dianutnya. Sebab yang disebut agama itu sifatnya: cinta pada sesama, ringan memberi pertolongan, dan sopan budinya. Jadi yang disebut agama yang sejati itu bukannya perkara lahir, tetapi perkara dalam hati, batin.
Inikah yang dituju oleh Film "?" Jangan menuduh! Silakan dicermati dan direnungkan!
*****
Masih ada sosok lain yang diidolakan dalam film "?". Namanya, Menuk. Dia seorang muslimah, berjilbab pula. Menuk bekerja di sebuah retoran Cina. Bermacam makanan dijual di sana, termasuk babi. Dengan mencolok kepala babi ditampilkan. Kata si empunya restoran, bahan babi dan bahan lain dipisahkan.
Menuk diterima bekerja dengan baik di restoran ini. Ia diberi kebebasan ibadah. Dalam salah satu segmen, ditayangkan Menuk sedang shalat, disampingnya Nyonya pemilik restoran juga sedang bersembahyang sesuai dengan agamanya.
Pesan dari pemunculan sosok Menuk ini cukup jelas: inilah contoh toleransi! Muslimah berjilbab rela bekerja di sebuah restoran yang menjual babi.
Syukurlah, di akhir cerita, anak pemilik restoran bersedia memeluk Islam. Ini tentu baik, dalam perspektif Islam. Tetapi, apakah perlu harus melalui proses bekerja di sebuah restoran yang menjual babi? Tujuan baik tidak boleh menghalalkan segala cara. Tujuan memberi nafkah keluarga adalah baik. Tetapi, cara yang ditempuh pun harus baik. Banyak muslimah yang gigih membantu ekonomi keluarganya dengan bekerja keras dalam berbagai bidang profesi, dan juga toleran dengan yang lain. Tapi, apakah Menuk sosok Muslimah yang ideal untuk ditampilkan?
Walhasil, Film "?" karya Hanung Bramantyo ini membawa pesan besar yang terlalu jelas: agama apa saja, sebenarnya sama saja! Agama-agama dipandang sebagai jalan setapak menuju Tuhan yang sama. Juga, agama-agama dianggap barang remeh; laksana baju, agama boleh ditukar dan -- kalau perlu -- dibuang kapan saja! Katanya, demi kerukunan, demi toleransi, dan demi perdamaian.
Akhirul kalam, di era globalisasi dan kebebasan informasi, saat kemusyrikan dan kemurtadan ditampilkan dalam wujud yang menawan dan menghibur, ada baiknya kita merenungkan satu ayat al-Quran: "Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan setan (dari jenis) jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian lainnya perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu." (QS 6:112)
Juga, Nabi Muhammad saw pernah bersabda: "Bersegaralah mengerjakan amal shalih, (sebab) akan datang banyak fitnah laksana malam yang gelap gulita. Pada pagi hari, seseorang berada dalam keadaan mukmin, tetapi sore harinya menjadi kafir. (Atau) sore harinya dia mukmin, pagi harinya menjadi kafir. Dia menjual agamanya dengan harta-benda dunia." (HR Muslim).
Wallahu a'lam bil-shawab. (Depok, 10 April 2011/www.adianhusaini.com)
Bismillahirohmanirrohim,
Assalamualaikum wr wb
Satu lagi kisah manusia di akhir zaman ini ,
Rada aneh dan lucu jika ada Ust. I Yang berbicara tentang poligami padahal beliau juga belum mengaplikasikannya aka berpoligami , (so you know ga ya? )
Apa lagi keliru / salah menafsirkan ayat : poligami dulu, kalo ga mampu ya satu saja 'cemen': Maka kawinilah wanita-wanita yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya ( An Nisa : 3) > ayat yg merah ga di bahas sama sekali bos??
Menganggap dirinya sudah setara dengan rasul & para sahabat, atau contoh yg paling dekat Poligami KH.Aa Gym yg akhirnya kisruh pada akhir2 ini ,,,
Atau alasan Pria lebih banyak dari wanita 1: 5 (pasti belum lihat hasil sensus penduduk di 2010, lebih banyakan pria 1.5 juta orang lebih daripada wanita)
Apakah sudah merasa se-level orang2 di atas? apa sudah merasa Adil sendiri (ge'er)? sedang istri & anak2nya tidak merasa demikian??
Padahal banyak cerita tentang rosul & efek poligami, salah satunya di abadikan dalam Al Qur'an : Hai Nabi, mengapa kamu mengharamkan apa yang Allah menghalalkannya bagimu; kamu mencari kesenangan hati istri-istrimu? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang ( At Tahriim : 1)
>> Bayangkan seorang Nabi yg mulia pun meng Haram kan yg Halal karena salah satu istrinya ¿?? Dan langsung di tegur Allah SWT
>> belum lagi fitnah kubro pernikahan dengan Aisyah ra & mantan istri dari Zaid anak angkat Rosul …..
>> Atau yg paling dekat contoh nyata dari KH Aa Gym, yg berpoligami tetapi akhirnya memilih yg kedua (lebih cantik & bertemu ketika sudah ber'harta')dari pada istri yg pertama (yg mendampingi di masa2 sulit, nrimo apa adanya) > mau poligami atau ganti istri? <
>> Apalagi kita sebagai umat akhir zaman ini awam & sangat jauh dari Sang suri tauladan?? (Mikir-dong-mikir pakai kepala atas ya …:)
Kenapa hampir tidak pernah di ceritakan saja masa2 indah monogami rosul & istri pertamanya siti Khodijah?
Kenapa tidak di ceritakan Nabi berpoligami setelah 28 tahun monogami ? 25 tahun dengan siti Khodijah & 3 tahun setelah meninggalnya siti Khodijah?
Apa alasan Rosul berpoligami dalam niat, dan perkembangan Islam / perang ?
>>> Dan kenapa Nabi tidak berpoligami ketika Khodijah masih hidup, padahal banyak para sahabatnya yang berpoligami di waktu itu / sebelum turunnya wahyu ???
*) Pernahkah di bahas tentang hal ini?? Saya rasa tidak pernah saya mendengarnya …
Janganlah berlebihan , tolong arif dalam mensikapi ayat2 apalagi belum mempraktekkannya . takutlah kepada ayat : Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan (Asshaff : 2~3)tidak ada catatan kaki
Apalagi di dengar oleh orang awam yg tidak mengerti runutan siroh nabawi dan Hukum Islam, jangan sampai seperti sunnah Islam itu adalah Poligami saja yang populer ?
"Tanpa Izin boleh menikah lagi,,," >>> tambah kompor nafsu yang membawa ayat Allah SWT sebagai pelindung …
Padahal hukum poligami bukanlah sunnah melainkan Mubah, yg sudah ada jauh sebelum turunnya Islam sebagai Dien.
Kalo memang sunnah , kenapa Rosul melarang / tidak merestui Ali bin Abi Tholib memadu putrinya Fatimah ? Subjectifitas bahwa anda tidak hanya menikah dengan Sang istri, tetapi dengan keluarga besarnya & anak-anak anda. Beda waktu & beda sekali keadaannya tetapi tetap banyak sekali pelajaran yang bisa di ambil dan gali secara arif & bijaksana ,,,
• Hadis riwayat Miswar bin Makhramah ra.:
Bahwa dia pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda dari atas mimbar: Sesungguhnya keluarga Bani Hisyam bin Mughirah meminta restu kalau mereka akan menikahkan putri mereka dengan Ali bin Abu Thalib. Tentu saja aku tidak merestui, aku tidak merestui, sekali lagi aku tidak merestui kecuali jika Ali bin Abu Thalib berkenan menceraikan putriku terlebih dahulu kemudian menikahi putri mereka tersebut. Karena putriku adalah bagian dari diriku, apa yang menggangguku akan mengganggunya dan apa yang menyakitkan aku akan menyakitkan dirinya. (Shahih Muslim No.4482)
>> sangat jelas Ayat & haditsnya, Dan Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya
"Dan (itu pun) tidak akan kamu dapat berlaku adil terhadap wanita, betapa kamu sendiri menginginkan itu. Sebab itu, janganlah kamu terlalu condong kepada yang seorang, lalu kamu biarkan dia terkatung-katung." (Qur'an, 4:129)
Semoga tulisan saya ini bisa bermanfaat , bukan anti poligami tetapi anti menafsirkan ayat semau udel, kapan kita bisa memimpin peradaban jika hanya berpikir "perut kebawah"
Penjajahan pikiran adalah bahaya yg paling besar, sehingga potensi umat terburai sebatas perbedaan tarawih, qunut, poligami, musim haji dan melupakan ayat2 lain seperti iptek, ekonomi, politik, kesejahteraan, keadilan
>Al Ahzab:52 cukuplah menjadi pelajaran nabi pun di haramkan...
Mohon maaf, sangat berterima kasih jika di koreksi karena masih taraf belajar menulis di blog ini ...
Kebenaran hanya milik Allah & kesalahan adalah pasti pada saya sebagai mahluk,
Berikut bagian artikel dari ust. Ahmad sarwat yg sangat bagus / cocok menurut saya tentang model ust. I Yang di atas ,,,
Pandangan Syariah Islam Tentang Poligami
Poligami atau dikenal dengan ta`addud zawaj pada dasarnya mubah atau boleh. Bukan wajib juga bukan sunnah (anjuran).
Karena melihat siyaqul-ayah memang mensyaratkan harus adil. Dan keadilan itu yang tidak dimiliki semua orang. Allah SWT berfirman: Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap perempuan yang yatim, maka kawinilah wanita-wanita yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.(QS. An-Nisa: 3)
Jadi syarat utama poligami adalah adil terhadap isteri, baik dalam nafkah lahir batin, atau pun dalam perhatian, kasih sayang, perlindunganserta alokasi waktu.
Jangan sampai salah satunya tidak diberi dengan cukup. Apalagi kesemuanya tidak diberi cukup nafkah, maka hal itu adalah kezaliman. Sebagaimana hukum menikah yang bisa memiliki banyak bentuk hukum, maka begitu juga dengan poligami, hukumnya sangat ditentukan oleh kondisi seseorang, bahkan bukan hanya kondisi dirinya tetapi juga menyangkut kondisi dan perasaan orang lain, dalam hal ini bisa saja isterinya atau keluarga isterinya. Pertimbangan orang lain ini tidak bisa dimentahkan begitu saja dan tentunya hal ini sangat manusiawi sekali.
Karena itu kita dapati Rasulullah SAW melarang Ali bin abi Thalib untuk memadu Fatimah yang merupakan putri Rasulullah SAW. Sehingga Ali bin Abi Thalib tidak melakukan poligami. Kalau hukum poligami itu sunnah atau dianjurkan, maka apa yang dilakukan oleh Rasulullah SAW untuk melarang Ali berpoligami akan bertentangan.
Selain itu yang sudah menjadi syarat paling utama dalam pertimbangan poligami adalah masalah kemampuan finansial. Biar bagaimana pun ketika seorang suami memutuskan untuk menikah lagi, maka yang harus pertama kali terlintas di kepalanya adalah masalah tanggung jawab nafkah dan kebutuhan hidup untuk dua keluarga sekaligus. Nafkah tentu saja tidak berhenti sekedar bisa memberi makan dan minum untuk isteri dan anak, tapi lebih dari itu, bagaimana dia merencakan hanggaran kebutuhan hidup sampai kepada masalah pendidikan yang layak, rumah dan semua kebutuhan lainnya.
Ketentuan keadilan sebenarnya pada garis- garis umum saja. Karena bila semua mau ditimbang secara detail pastilah tidak mungkin berlaku adil secara empiris. Karena itu dibuatkan garis-garis besar seperti maslaah pembagian jatah menginap. Menginap di rumah isteri harus adil.
Misalnya sehari di isteri tua dan sehari di isteri muda. Yang dihitung adalah malamnya atau menginapnya, bukan hubungan seksualnya.
Karena kalau sampai hal yang terlalu mendetail harus dibuat adil juga, akan kesulitan menghitung dan menimbangnya.Secara fithrah umumnya, kebutuhan seksual laki-laki memang lebih tinggi dari wanita. Dan secara faal, kemampuan seksual laki-laki memang dirancang untuk bisa mendapatkan frekuensi yang lebih besar dari pada wanita.
Nafsu birahi setiap orang itu berbeda-beda kebutuhannya dan cara pemenuhannya. Dari sudut pandang laki-laki, masalah `kehausan` nafsu birahi sedikit banyak dipengaruhi kepada kepuasan hubungan seksual dengan isteri. Bila isteri mampu memberikan kepuasan sEksual, secara umum kehausan itu bisa terpenuhi dan sebaliknya bila kepuasan itu tidak didapat, maka kehausan itu bisa-bisa tak terobati.
Akhirnya, menikah lagi sering menjadi alternatif solusi. Umumnya laki-laki membutuhkan kepuasan seksual baik dalam kualitas maupun kuantitas. Namun umumnya kepuasan kualitas lebih dominan dari pada kepuasan secara kuantitas.
Bila terpenuhi secara kualitas, umumnya sudah bisa dirasa cukup. Sedangkan pemenuhan dari sisi kuantitas saja sering tidak terlau berarti bila tidak disertai kualitas, bahkan mungkin saja menjadi sekedar rutinitas kosong. Lagi-lagi menikah lagi sering menjadi alternatif solusi. Secara fisik, terkadang memang ada pasangan yang agak ekstrim.
Di mana suami memiliki kebutuhan kualitas dan kuantitas lebih tinggi, sementara pihak isteri kurang mampu memberikannya baik dari segi kualitas dan juga kuantitas. Ketidak-seimbangan ini mungkin saja terjadi dalam satu pasangan suami isteri.
Namun biasanya solusinya adalah penyesuaian diri dari masing-masing pihak. Di mana suami berusaha mengurangi dorongan kebutuhan untuk kepuasan secara kualitas dan kuantitas. Dan sebaliknya isteri berusaha meningkatkan kemampuan pelayanan dari kedua segi itu.
Nanti keduanya akan bertemu di ssatu titik. Tapi kasus yang ekstrim memang mungkin saja terjadi. Suami memiliki tingkat dorongan kebutuhan yang melebihi rata- rata, sebaliknya isteri memiliki kemampuan pelayanan yang justru di bawah rata-rata. Dalam kasus seperti ini memang sulit íuntuk mencari titik temu. Karena hal ini merupakan fithrah alamiah yang ada begitu saja pada masing-masing pihak.
Dan kasus seperti ini adalah alasan yang paling logis dan masuk akal untuk terjadinya penyelewengan, selingkuh, prostitusi, pelecehan seksual dan perzinahan.
Sehingga jauh-jauh hari Islam sudah mengantisipasi kemungkinan terjadinya fenomena ini dengan membuka pintu untuk poligami dan menutup pintu ke arah zina. Dari pada zina yang merusak nilai kemanusiaan dan harga diri manusia, lebih baik kebutuhan itu disalurkan lewat jalur formal dan legal. Yaitu poligami. Dan kenyataanya, angka kasus sejenis lumayan banyak.
Namun antisipasinya sering terlihat kurang cerdas bahkan mengedepankan ego. Hukum agama nasrani jelas-jelas melarang poligami yang legal. Begitu juga hukum positif di banyak negeri umumnya cenderung menganggap poligami itu tidak bisa diterima.
Apalagi hukum non formal yang berbentuk penilaian masyarakat yangumumnya juga menganggap poligami itu hina dan buruk. Secara tidak sadar semuanya lebih memaklumi kalau dalam kasus seperti yang kita bicarakan ini, solusinya adalah ZINA dan bukan poligami. Nah, inilah terjungkir baliknya nilai-nilai agama yang dikalahkan dengan rasa dan selera subjektif hawa nafsu manusia.
Berlebihan Dalam Memahami Masalah Poligami
Dalam Islam Ada orang yang terlalu berlebihan dalam memahami kebolehan poligami dalam Islam. Dan sebaliknya, ada kalangan yang berusaha menghalang-halangi terjadinya poligami dalam Islam, meski tidak sampai menolak syariatnya. Pihak yang Berlebihan Menurut kalangan ini, poligami adalah perkara yang sangat utama untuk dikerjakan bahkan merupakan sunnah muakkadah dan pola hidup Rasulullah SAW.
Kemana-mana mereka selalu mendengungkan poligami hingga seolah hampir mendekati wajib.
Pemahaman keliru seperti itu sering menggunakan ayat poligami yang memang bunyinya seolah seperti mendahulukan poligami dan bila tidak mampu, barulah beristri satu saja. Istilahnya, poligami dulu, kalau tidak mampu, baru satu saja. Maka kawinilah wanita-wanita yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.(QS. An-Nisa: 3)
Padahal makna ayat itu sama sekali tidak demikian. Karena meski sepintas ayat itu kelihatan mendahulukan poligami lebih dahulu, tapi dalam kenyataan hukum hasil dari istinbath para ulama dengan membandingkannya dengan dalil-dalil ¨lainnya menunjukan bahwa poligami merupakan jalan keluar atau rukhshah (bentuk keringanan) atas sebuah kebutuhan.
Bukan menempati posisi utama dalam masalah pernikahan.Alasan agar tidak jatuh ke dalam zina adalah alasan yang ma`qul (logis) dan sangat bisa diterima. Karena Allah SWT memang memerintahkan agar seorang mukmin menjaga kemaluannya. Allah SWT berfirman:Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, (QS. Al-Mukminun: 5) Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman,"Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat." (QS. An-Nur: 30) Dan orang-orang yang memelihara kemaluannya, (QS. Al-Ma`arij: 29)
Bila satu isteri saja masih belum bisa menahan gejolak syahwatnya, sementara secara nafkah dia mampu berbuat adil, bolehlah seseorang untuk menikah lagi dengan niat menjaga agamanya. Bukan sekedar memuaskan nafsu syahwat saja. Bentuk kekeliruan yang lain adalah rasa terlalu optimis atas kemampuan menanggung beban nafkah. Padahal Islam tetap menutut kita berlaku logis dan penuh perhitungan. Memang rezeki itu Allah SWT yang memberi, tapi rezeki itu tidak datang
begitu saja. Bahkan untuk orang yang baru pertama kali menikah pun, Rasulullah SAW mensyaratkan harus punya kemampuan finansial. Dan bila belum mampu, maka hendaknya berpuasa saja.Jangan sampai seseorang yang penghasilannya senin kamis, tapi berlagak bak seorang saudagar kaya yang setiap hari isi pembicaraannya tidak lepas dari urusan ta`addud. Ini jelas sangat `njomplang`, jauh asap dari api.
Kalo ada yg bilang sekarang 1 pria berbanding 5 wanita, ketawain aja ....