Catatan Akhir Zaman

Sebagai renungan diri, Pencarian solusi , sambil menunggu mati ....O_n

CAZ 2010

Bagaimana kesan anda menjadi manusia Akhir Zaman ? Ber-Aksi reaksi dengan KeAjaiban sehari-hari ...

>> Jika sudah merasa benar ,,, seakan Tuhan ,,,, yang lain jangan di anggap Setan ,,,

AKHLAQ

Akhlak berasal dari kata "akhlaq" yang merupakan jama' dari "khulqu"
dari bahasa Arab yang artinya perangai, budi, tabiat dan adab.

Akhlak itu terbagi dua yaitu Akhlak yang Mulia atau Akhlak yang Terpuji
(Al-Akhlakul Mahmudah) dan Akhlak yang Buruk atau Akhlak yang Tercela
(Al-Ahklakul Mazmumah).

Akhlak yang mulia, menurut Imam Ghazali ada 4 perkara; yaitu
bijaksana, memelihara diri dari sesuatu yang tidak baik, keberanian
(menundukkan kekuatan hawa nafsu) dan bersifat adil
. Jelasnya, ia
merangkumi sifat-sifat seperti berbakti pada keluarga dan negara,
hidup bermasyarakat dan bersilaturahim, berani mempertahankan agama,
senantiasa bersyukur dan berterima kasih, sabar dan rida dengan
kesengsaraan, berbicara benar dan sebagainya.

Masyarakat dan bangsa yang memiliki akhlak mulia adalah penggerak ke arah pembinaan tamadun
dan kejayaan yang diridai oleh Allah Subhanahu Wataala.

Seperti kata pepatah seorang penyair Mesir, Syauqi Bei: "Hanya saja bangsa itu
kekal selama berakhlak. Bila akhlaknya telah lenyap, maka lenyap pulalah bangsa itu".

Akhlak yang mulia yaitu akhlak yang diridai oleh Allah SWT , akhlak
yang baik itu dapat diwujudkan dengan mendekatkan diri kita kepada
Allah yaitu dengan mematuhi segala perintahnya dan meninggalkan semua
larangannya, mengikuti ajaran-ajaran dari sunnah Rasulullah, mencegah
diri kita untuk mendekati yang ma'ruf dan menjauhi yang munkar,
seperti firman Allah dalam surat Al-Imran 110 yang artinya "Kamu
adalah umat yang terbaik untuk manusia, menuju kepada yang makruf dan
mencegah yang mungkar dan beriman kepada Allah"

Akhlak yang buruk itu berasal dari
penyakit hati yang keji seperti iri
hati, ujub, dengki, sombong, nifaq (munafik), hasud, suudzaan
(berprasangka buruk),
dan penyakit-penyakit hati yang lainnya, akhlak
yang buruk dapat mengakibatkan berbagai macam kerusakan baik bagi
orang itu sendiri, orang lain yang di sekitarnya maupun kerusakan
lingkungan sekitarnya sebagai contohnya yakni kegagalan dalam
membentuk masyarakat yang berakhlak mulia samalah seperti
mengakibatkan kehancuran pada bumi ini, sebagai mana firman Allah
Subhanahu Wataala dalam Surat Ar-Ruum ayat 41 yang berarti: "Telah
timbul pelbagai kerusakan dan bencana alam di darat dan di laut dengan
sebab apa yang telah dilakukan oleb tangan manusia. (Timbulnya yang
demikian) karena Allah hendak merusakan mereka sebagai dari balasan
perbuatan-perbuatan buruk yang mereka lakukan, supaya mereka kembali
(insaf dan bertaubat)".

ISLAM MENGUTAMAKAN AKHLAK


Mungkin banyak diantara kita kurang memperhatikan masalah akhlak. Di
satu sisi kita mengutamakan tauhid yang memang merupakan perkara
pokok/inti agama ini, berupaya menelaah dan mempelajarinya, namun
disisi lain dalam masalah akhlak kurang diperhatikan. Sehingga tidak
dapat disalahkan bila ada keluhan-keluhan yang terlontar dari kalangan
awam, seperti ucapan :
"Wah udah ngerti agama kok kurang ajar sama
orang tua." Atau ucapan : "Dia sih agamanya bagus tapi sama tetangga
tidak pedulian…", dan lain-lain
.

Seharusnya ucapan-ucapan seperti ini ataupun yang semisal dengan ini
menjadi cambuk bagi kita untuk mengoreksi diri dan membenahi akhlak.
Islam bukanlah agama yang mengabaikan akhlak, bahkan islam
mementingkan akhlak. Yang perlu diingat bahwa tauhid sebagai sisi
pokok/inti islam yang memang seharusnya kita utamakan, namun tidak
berarti mengabaikan perkara penyempurnaannya. Dan akhlak mempunyai
hubungan yang erat. Tauhid merupakan realisasi akhlak seorang hamba
terhadap Allah dan ini merupakan pokok inti akhlak seorang hamba.
Seorang yang bertauhid dan baik akhlaknya berarti ia adalah sebaik-baik manusia.
 Semakin sempurna tauhid seseorang maka semakin
baik akhlaknya, dan sebaliknya bila seorang muwahhid memiliki akhlak
yang buruk berarti lemah tauhidnya.

RASUL DIUTUS UNTUK MENYEMPURNAKAN AKHLAK Muhammad shalallahu 'alaihi
wa salam, rasul kita yang mulia mendapat pujian Allah. Karena
ketinggian akhlak beliau sebagaimana firmanNya dalam surat Al Qalam
ayat 4. bahkan beliau shalallahu 'alaihi wa sallam sendiri menegaskan
bahwa kedatangannya adalah untuk menyempurnakan akhlak yang ada pada
diri manusia, "Hanyalah aku diutus (oleh Allah) untuk menyempurnakan
akhlak." (HR.Ahmad, lihat Ash Shahihah oleh Asy Syaikh al Bani no.45
dan beliau menshahihkannya).

Anas bin Malik radhiallahu 'anhu seorang sahabat yang mulia
menyatakan: "Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam adalah manusia
yang paling baik budi pekertinya." (HR.Bukhari dan Muslim).

Dalam hadits lain Anas memuji beliau shalallahu 'alahi wasallam :
"Belum pernah saya menyentuh sutra yang tebal atau tipis lebih halus
dari tangan Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam. Saya juga belum
pernah mencium bau yang lebih wangi dari bau Rasulullah shalallahu
'alaihi wasallam.
Selama sepuluh tahun saya melayani Rasulullah
shalallahu 'alahi wa sallam, belum pernah saya dibentak atau ditegur
perbuatan saya : mengapa engkau berbuat ini ? atau mengapa engkau
tidak mengerjakan itu ?" (HR. Bukhari dan Muslim).


Akhlak merupakan tolak ukur kesempurnaan iman seorang hamba
sebagaimana telah disabdakan oleh Rasulullah shalallahu 'alaihi
wasallam :
"Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang
terbaik akhlaknya."
(HR Tirmidzi, dari abu Hurairah radhiallahu 'anhu,
diriwayatkan juga oleh Ahmad. Disahihkan Al Bani dalam Ash Shahihah
No.284 dan 751). Dalam riwayat Bukhari dan Muslim dari Abdillah bin
amr bin Al 'Ash radhiallahu 'anhuma disebutkan : "Sesungguhnya
sebaik-baik kalian ialah yang terbaik akhlaknya."

KEUTAMAAN AKHLAK

Abu Hurairah radhiallahu 'anhu mengabarkan bahwa suatu saat Rasulullah
pernah ditanya tentang kriteria orang yang paling banyak masuk syurga.
Beliau shalallahu 'alaihi wasallam menjawab : "Taqwa kepada Allah dan
Akhlak yang Baik." (Hadits Shahih Riwayat Tirmidzi, juga diriwayatkan
oleh Imam Ahmad. Lihat Riyadus Sholihin no.627, tahqiq Rabbah dan
Daqqaq).

Tatkala Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam menasehati sahabatnya,
beliau shalallahu 'alahi wasallam menggandengkan antara nasehat untuk
bertaqwa dengan nasehat untuk bergaul/berakhlak yang baik kepada
manusia sebagaimana hadits dari abi dzar, ia berkata bahwa Rasulullah
shalallahu 'alaihi wasallam bersabda : "Bertaqwalah kepada Allah
dimanapun engkau berada dan balaslah perbuatan buruk dengan perbuatan
baik niscaya kebaikan itu akan menutupi kejelekan dan bergaullah
dengan manusia dengan akhlak yang baik." (HR Tirmidzi, ia berkata:
hadits hasan, dan dishahihkan oleh syaikh Al Salim Al Hilali).

Dalam timbangan (mizan) amal pada hari kiamat tidak ada yang lebih
berat dari pada akhlak yang baik, sebagaimana sabda Rasulullah
shalallahu 'alaihi wa sallam : " Sesuatu yang paling berat dalam mizan
(timbangan seorang hamba) adalah akhlak yang baik." (HR. Abu Daud dan
Ahmad, dishahihkan Al Bani. Lihat ash Shahihah Juz 2 hal 535).

Dari Jabir radhiallahu 'anhu berkata : Rasulullah shalallahu 'alaihi
wa sallam bersabda : "Sesungguhnya orang yang paling saya kasihi dan
yang paling dekat padaku majelisnya di hari kiamat ialah yang terbaik
budi pekertinya." (HR. Tirmidzi dengan sanad hasan. Diriwayatkan juga
oleh Ahmad dan dishahihkan oleh Ibnu Hibban. Lihat Ash shahihah Juz 2
hal 418-419).

Dari hadits-hadits di atas dapat dipahami bahwa akhlak yang paling
baik memiliki keutamaan yang tinggi. Karena itu sudah sepantasnya
setiap muslimah mengambil akhlak yang baik sebagai perhiasannya. Yang
perlu diingat bahwa ukuran baik atau buruk suatu akhlak bukan
ditimbang menurut selera individu, bukan pula hitam putih akhlak itu
menurut ukuran adat yang dibuat manusia. Karena boleh jadi, yang
dianggap baik oleh adat bernilai jelek menurut timbangan syari'at atau
sebaliknya.


Jelas bagi kita bahwa semuanya berpatokan pada syari'at, dalam semua
masalah termasuk akhlak. Allah sebagai Pembuat syari'at ini, Maha Tahu
dengan keluasan ilmu-Nya apa yang mendatangkan kemashlahatan/kebaikan
bagi hamba-hamba-Nya. Wallahu Ta'ala a'lam
--ends--